Senin, 26 Mei 2014

Titik Awal Kembalinya OMK Paroki St. Thomas Bandar Sribhawono





Salam sejahtera untuk rekan-rekan OMK semuanya, pada hari 24-25 Mei 2014 OMK Paroki St Thomas Bandar Sribhwaono akhirnya dapat mewujudkan rencana yang telah di gagas bberapa minggu yang lalu, yakni ziarah ke Gua Maria Padang Bulan Pringsewu.

Niat kami sebenarnya ingin ditemani oleh salah satu romo dari paroki, tapi karena jadwal romo yang begitu padat kamipun berangkat tanpa pendamping. Tetapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk berziarah kesana. Kami berharap ini adalah titik awal kembalinya nyawa OMK yang telah lama vacum seperti mati tak ada kegiatan ataupun kabarnya.

Kami akui dalam pelaksanaan kegiatan ini banyak sekali kendala, terutama pendanaan, tapi semua akhirnya bisa kami selesaikan. Perjalanan kami mulai pada pukul 15:00 WIB setelah menempuh perjlnan kira-kira 6 jam kami sampai disana pukul 21:00 WIB setelah sampai kamipun langsung Jalan Salib bersama. Walaupun badan capek perut juga belum terisi tetapi kami tetap semangat.

Setelah selesai jalan salib kami lanjutkan dengan makan bersama, setelah itu kami istrht sejenak dan acara dilanjutkan dengan berdoa Rosario didepan Gua Maria, suasana begitu hening menyentuh dihati, semonga permohonan-permohonan kami dikabulkan. Amin.

Lepas tengah malam kami acara bebas, sembari bersenda guaru kami berdiskusi untuk rencan kedepannya, kamipun pulang pukul 04:00 WIB. Tidak lupa kami berpamitan pada Bunda Maria, sungguh perjalanan yang melelahkan, semoga ini menjadi titik awal bangkitnya OMK Paroki St. Thomas Bandar Sribhawono.

Tetap semangaattt kawan,,!! OMK jayaaaa..!!!!!

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin

Minggu, 18 Mei 2014

Hasil Rapat OMK Part II




Salam damai untuk pembaca yang terkasih, pada hari Minggu 18 Mei 2014 OMK Paroki Santo Thomas Bandar Sribhawono telah mencapai keputusan final untuk rencana Ziarah ke Laverna, berikut hasil rapatnya.

HASIL RAPAT OMK PAROKI PART II TANGGAL 18 MEI
2014 ( FINALLLL...!!! )

1. Peserta sudah memenuhi kuota 45 orang ( tidak
ada penambahan lagi )

2. biaya /peserta Rp.60.000.

3.bagi peserta yang sudah mendaftarkan diri pada
hari minggu tanggal 18 mei 2014 wajib melaporkan
kepastian untuk membayar biaya nya kepada saudara
YETI ( OMK SRIWANGI ) atau kepada mas yosep,mas
yudi sebelum tanggal 21 mei 2014.( untuk DP mobil
coyyy....jd segera ya,,,,mohon pengertiannya ).

4.peserta wajib membawa lilin 3 buah,,lebih dr 3
malah lebih bagus.

5.membawa makan masing2 alias bontrot. ( disaran
kan untuk membawa makan na yg tidak gampang
basi )

6.masing2 OMK dari setiap stasi di harap kan
membawa KLASA 1 buah..( hehehehe peace!~!!!)

7. ojo lali peralatan MCK ne.

8.keberangkatan tanggal 24 MEI 2014 PUKUL 15.00
WIB. ( wajib tepat waktu GPM ( G' PAKE
MOLORRRRRRRRR...... )

9.Puji syukur,rosario jangan lupa.

10.demikian hasil rapat tanggal 18 mei 2014,,bila ada
kekurangan dari yg admin sebutkan mohon untuk di
sunting kembali.( mas yudi dan mas yosep )

11. Mohon pengertian nya untuk peserta yang blm
bayar,,,demi kelancaran acara kita bersama.

12. ( PENTINGGGGGG............ !!!!!!!!!) snack nya
coyyyyy....!!!!!!! wkwkwkwkwwkwkwk.

NB. semoga ini adalah awal bangkit nya kembali OMK
ST.THOMAS BANDAR SRIBHAWONO.mohon
kekompakan nya dan doa kepada seluruh OMK yg
terlibat mau pun yang tidak terlibat. Tuhan
Memberkati OMK ST. THOMAS BANDAR SRIBHAWONO.
AMINNNNNNN......!!!!!!!!!!

Salam semangat selalu buat OMK......!!!!!!

Selasa, 13 Mei 2014

7 Kutipan Katolik Terbaik untuk Orang Muda Katolik (Paus Benediktus XVI)



Teman-teman yang terkasih : jadilah [orang yang] hati-hati dan bijaksana, bangunlah kehidupanmu diatas fondasi yang kokoh yang adalah Kristus. Kebijaksanaan dan kehati-hatian akan membimbing langkahmu, tidak ada yang akan membuatmu takut dan damai akan memerintah di hatimu. Maka kamu akan terberkati dan berbahagia dan kebahagiaanmu akan mempengaruhi orang lain. Mereka akan penasaran apa rahasia kehidupanmu dan mereka akan menemukan bahwa batu karang yang menopang keseluruhan bangunan dan diatasnya terletak keseluruhan keberadaanmu, yang adalah pribadi Kristus, temanmu, saudara dan Tuhan, Putra Allah yang berinkarnasi, yang memberi makna bagi seluruh alam semesta.”

“Jadikan Kristus, Putra Allah, pusat kehidupanmu. Tapi ijinkan aku juga untuk mengingatkanmu bahwa mengikuti Yesus dalam iman berarti berjalan di sisi-Nya di dalam persekutuan dengan Gereja. Kita tidak bisa mengikuti Yesus menurut cara kita sendiri. Siapapun yang tergoda untuk melakukannya “dengan caranya sendiri” atau untuk mendekati kehidupan iman dengan semacam individualisme yang umum sekarang, tidak pernah akan sungguh menemui Yesus, atau akan berakhir dengan mengikuti Yesus yang palsu.

“Bertumbuh dalam persahabatan dengan Kristus harus berarti mengenali pentingnya partisipasi suka cita dalam kehidupan parokimu, komunitas dan gerakan, juga perayaan Misa Minggu, penerimaan Sakramen Tobat yang sering, dan pemeliharaan doa pribadi dan meditasi tentang sabda Allah. Persahabatan dengan Yesus juga akan menuntunmu untuk menjadi saksi iman dimanapun kamu berada, bahkan ketika kamu bertemu penolakan atau indiferens (sikap acuh tak acuh). Kita tidak bisa bertemu Kristus dan tidak ingin untuk membuatnya dikenal orang lain. Jadi jangan simpan Kristus untuk dirimu sendiri! Bagilah sukacita imanmu dengan orang lain. Dunia memerlukan kesaksian imanmu, dunia sungguh membutuhkan Allah.”

“Untuk menderita dengan orang lain dan untuk orang lain; utuk menderita demi kebenaran dan keadilan; untuk menderita karena kasih dan untuk menjadi orang yang sungguh mengasihi – ini adalah elemen-elemen fundamental kemanusiaan, dan mengabaikannya akan menghancurkan manusia sendiri” (ibid). Mari kita dengan antusias menyambut ajaran-ajaran ini dan melaksanakannya. Mari kita melihat Kristus, yang tergantung di kayu salib yang kasar, dan mari kita meminta Ia mengajari kita kebijaksanaan misterius Salib, yang olehnya manusia hidup. Salib bukan tanda kegagalan, tapi merupakan ekspresi pemberian diri dalam kasih yang memperluas bahkan kepada kurban tertinggi  dari kehidupan seseorang.”

“Jika kamu berdiam dalam kasih Kristus, berakar dalam iman, kamu akan menemukan, bahkan ditengah kemunduran dan penderitaan, sumber kebahagiaan dan sukacita sejati. Iman tidak bertentangan dengan tujuan akhirmu yang tertinggi, iman mengangkat dan menyempurnakannya. Orang muda yang terkasih, jangan puas dengan apapun kecuali Kebenaran dan Kasih, jangan puas dengan apapun selain daripada Kristus.”

“Siapapun yang telah menemukan Kristus harus menuntun yang lain kepada-Nya. Kegembiraan yang besar tidak bisa disimpan untuk diri sendiri. Ia harus diteruskan”

“Orang muda yang terkasih, jika kamu ingin menemukan dan hidup dengan setia bentuk kehidupan yang Tuhan panggil untuk tiap orang dari kamu, kamu harus tinggal dalam kasih-Nya sebagai teman-Nya. Dan bagaimana kita mempertahankan persahabatan kecuali melalui komunikasi yang sering, percakapan, berada bersama dalam keadaan baik dan buruk? Santa Teresa Yesus berkata bahwa doa adalah “komunikasi yang bersahabat, sering menghabiskan waktu sendirian dengan orang yang kita tahu bahwa Ia mencintai kita”

Minggu, 11 Mei 2014

Hasil Rapat OMK Paroki Santo Thomas Bandar Sribhawono 11 Mei 2014

Pembaca yang terkasih, puji Tuhan pada hari Minggu 11 Mei 2014 OMK Santo Thomas Bandar Sribhawono telah mengadakan rapat untuk membahas rencana ziarah yang selama ini sudah dibicarakan beberapa waktu lalu dan inilah hasil rapat Minggu 11 Mei 2014



HASIL RAPAT OMK PAROKI SANTO THOMAS BANDAR SRIBAWONO
TANGGAL 11 MEI 2014, pukul 10.00 WIB di Aula paroki santo thomas bandar sribawono ( PART I ), Rapat di hadiri 8 stasi dari 29 stasi yang ada di lingkup wilayah Paroki Sribawono ( 18 orang ).

rapat koordinasi OMK part 1 dengan agenda "ZIARAH OMK SEPAROKI SANTO THOMAS BANDAR SRIBAWONO " memutuskan:

1.Lokasi ziarah di LAVERNA pringsewu

2.biaya /peserta RP.60.000,- ,OMK yg telah mendaftar untuk ikut ziarah wajib membayar setengah dari biaya di atas yaitu RP.30.000,- dan bila OMK yg sudah mendaftar dan membayar RP.30.000,- tidak ikut dan tidak melunasi nya,,uang yg sudah masuk akan di anggap sebagai DONATUR.

3.pendaftaran di tutup tanggal 21 Mei 2014 dan tidak menerima pendaftaran lagi,lebih dr tanggal yg telah di tetapkan.

4.ziarah akan di laksanakan hari sabtu-minggu tanggal 24-25 Mei 2014,berangkat pukul 15.00 WIB..peserta wajib berkumpul di Gereja ST.Thomas Bandar Sribawono, 10 mnt sebelum keberangkatan.

5.peserta wajib membawa bekal sendiri-sendiri dan peralatan MCK.

6. Tanggal 18 Mei 2014, akan di adakan rapat PART II di aula paroki. pukul 10.00 WIB,di mohon kesadaran nya OMK untuk datang tepat waktu.

Bila ada OMK yg belum jelas atau mengerti,,silahkan tinggalkan komentar di bawah atau bisa hubungi Ketua OMK PAROKI, Sdr. yosep di.085273946699.

Contac person, YUDIE 085268140663
ARI 085279300085.

NB. kepada OMK yg mendapat TAG,atau membaca pemberitahuan ini kami sangat mengharapkan kerjasama nya untuk membantu menyebarkan nya kepada teman OMK lain nya.

Demikian lah hasil rapat OMK PART I, kami sampaikan, Semoga apa yang menjadi rencana kita dapat berjalan dengan lancar. Berkah Dalem Gusti. AMIN.

Mengetahui,
Ketua OMK PAROKI ST.THOMAS BANDAR SRIBAWONO.

DTO

Yosep Adi Wibowo

Selanjutnya kami akan mengadakn rapat part II yang akan dilaksanakan pada 18 Mei 2014 untuk membahas sesuatu dan lain hal yang perlu ditinjau kembali. Demikianlah info rapat yang kami sampaikan, untuk hasil rapat selanjutnya akan kami posting minggu depan.

Salam OMK

Rabu, 07 Mei 2014

Renungan Rabu,7 Mei 2014

Rabu, 7 Mei 2014
Kis 8:1b-8
Yoh 6:35-40

Injil hari ini masih berbicara tentang Roti Kehidupan. Yesus menegaskan bahwa Dia lah Sang Roti Kehidupan yang turun dari surga yang memberi hidup bagi yang percaya pada-Nya.

Dalam setiap Perayaan Ekaristi Kristus Tuhan menyediakan diri sebagai santapan bagi orang beriman dan menerima-Nya. Perayaan Ekaristi adalah perayaan cinta kasih. Kristus Tuhan hadir sebagai Imam dan Kurban. Ia merelakan diri menjadi santapa yang dipecah-pecahkan dan dibagikan.

Dengan menyantap Santapan Ekaristi, Kristus menjadi bagian hidup kita. Karenanya kita diundang untuk hidup dalam semangat Ekaristi, semangat cinta kasih. Seperti Kristus yang rela dipecahkan dan dibagikan, kita mesti punya semangat berkurban.

selamat bermenung
selamat malam n istirahat
doa dan salamku

RD Antonius Suhermanto

Selasa, 06 Mei 2014

Renungan Selasa, 6 Mei 2014

Selasa, 6 Mei 2014
Kis 7:51-8:1a
Yoh 6:30-35

Ada ungkapan bahwa harta bukan segala-galanya dan bukan kunci kebahagiaan. Hari ini kita diingatkan untuk mencari harta yang paling utama. Yesus menegaskan, "Akulah Roti Hidup yang turun dari surga barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." Bertolak dari Sabda Tuhan ini marilah kita mencari harta yang menjadi bekal kehidupan kekal dengan lapar dan haus akan kebenaran, kedamaian, persaudaraan dan cinta kasih.

salam dan doa

RD.Antonius Suhermanto

Senin, 05 Mei 2014

OMK YANG MILITAN: BAGAIMANA MEMBENTUKNYA?

Salam Damai.

Kita menemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online,  data mengenai arti kata militan dan contoh penggunaannya  sebagai berikut: mi·li·tan abersemangat tinggi; penuh gairah; berhaluan keras:untuk membina suatu organisasi diperlukan orang-orang yang — dan penuh pengabdian.(http://kbbi.web.id/militan).

Untuk arti “bersemangat tinggi” dan “penuh gairah”, kita menyetujuinya seratus persen. Namun untuk makna  “berhaluan keras” tampaknya  kita agak kurang setuju sepenuhnya karena peyoratif atau agak negatif, mengingatkan kita pada kelompok ekstrem, garis keras, tak bisa berdialog, keras kepala, dan semacamnya. Namun jika dimaknai positif, bisa pula berhaluan keras ini  berarti teguh dalam nilai kebaikan moral dan iman. Bukankah kita mengenal para santo santa remaja muda belia yang teguh tidak mau melakukan dosa walaupun kecil saja, namun berkeras hanya melakukan kebaikan demi pengabdian kepada Tuhan yang telah mengasihi dan menebusnya?

Sebaiknya terhadap Orang Muda Katolik (OMK), kita mengambil makna positif dari kata militan ini sebagai berikut: “Orang Muda Katolik bersemangat tinggi, penuh gairah, bertekad keras untuk berakar dan dibangun dalam Kristus, menjadi misionaris di antara teman sebaya, pewarta dialog dan pelaku kebaikan dengan sikap maupun perilaku, bersemangat dalam ibadah, bersemangat pula dalam karya nyata”.  Tentu saja, idealisme atau nilai luhur ini harus kita pegang, baik oleh kita yang bertindak sebagai Pembina maupun oleh seorang atau sekelompok orang muda yang beriman Katolik.

Orang Muda: Bonus Demografi atau Musibah Demografi?                

Mengapa orang muda selalu menjadi sorotan? Pertanyaan ini penting untuk mendudukkan posisi di hadapan sejarah dan menantang tanggungjawab moral kita demi masa depan yang lebih baik. Marilah memulai dari data statistik. Menurut Undang-Undang RI nomer 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 1 ayat 1,  pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Data statistik tahun 2010  menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia ialah 237. 641. 326 orang.  Median umur penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 27,2 tahun (www.bps.go.id.http://tnp2k.go.id). Laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen per tahun..,Pada 2020 diperkirakan jumlah penduduk usia muda 15-24 tahun saja akan mencapai 50-60 persen. Artinya,   akan menjadi ‘bonus demografi’ jika penduduk usia muda tersebut memiliki mutu hidup, keterampilan dan pekerjaan. Sebaliknya jumlah penduduk muda sebanyak itu akan menjadi ‘musibah demografi’ jika mereka mengganggu, tidak bermutu dan tidak militan. (www.investor.co.id).

Jumlah orang Katolik Indonesia ialah sekitar tiga persen dari jumlah penduduk. Jika enam puluh persennya  merupakan orang muda, maka hal itu berarti ada sekitar empat juta orang muda Katolik, tersebar di 37 keuskupan di seluruh Indonesia.  Akankah OMK menjadi beban sejarah, alias musibah demografi? Ataukah sebaliknya menjadi bonus, tanda kebaikan Allah bagi Indonesia? Jika saat ini kita merawat dan membina mereka dengan sebaik-baiknya sesuai kehendak Kristus melalui Gereja-Nya yang satu kudus katolik apostolik, maka kita boleh berharap bahwa mereka akan menjadi bonus demografi bagi Indonesia. Bagaimana membentuk atau membina OMK, sudah digariskan oleh Gereja dengan jelas. Namun kita akan melihat pula bahwa yang sudah tergaris dengan jelas itu pun masih memerlukan aksi nyata untuk melaksanakannya, dengan segala pemikiran, tenaga dan biaya dengan hasil buah yang masih harus ditunggu jauh ke depan, tidak instan seperti membangun gedung bangunan gereja. Perlu kesabaran Ilahi untuk membina OMK. Artinya, pembimbing atau Pembina OMK di tingkat paroki maupun kategorial haru memiliki relasi akrab dengan Kristus dalam Gereja-Nya, memiliki pengalaman doa dan spiritualitas pelayanan.

Berpusat pada Yesus Kristus

Kadang-kadang terdengar keluhan, walaupun belum ada survei, bahwa OMK kurang militan. Kita mengamini saja keluhan-keluhan itu karena memang terdengar demikian adanya. Namun hendaklah kita ingat bahwa tugas pokok  kita sebagai warga Gereja ialah selalu mewartakan Injil dengan cara-cara baru, (evangelisasi baru) dan re-evangelisasi, termasuk untuk dan bersama OMK. Paus St Yohanes Paulus II menyatakan: “Orang muda dari setiap benua, jangan takut untuk menjadi santa atau santo dari millennium baru ini! Berkontemplasilah, cintailah doa, teguhlah dalam imanmu dan tulus dalam pelayanan pada saudara-saudarimu, jadilah anggota yang aktif dalam membangun perdamaian. Agar berhasil dalam tuntutan perutusan hidup ini, teruslah mendengarkan sabda-Nya, timbalah kekuatan dari sakramen-sakramen terutama Ekaristi dan Sakramen Tobat. Tuhan menginginkan kalian menjadi rasul yang berani bagi Injil-Nya dan membangun umat baru! Jika kamu percaya bahwa Kristus menampakkan cinta Bapa bagi setiap pribadi, kamu tidak akan gagal dalam berjuang, untuk menyumbang dalam membangun dunia baru yang didirikan di atas kekuatan cinta dan pengampunan, perjuangan melawan ketidakadilan dan semua bahaya secara fisik, moral dan religious, pada orientasi politik, ekonomi, budaya, dan teknologi yang melayani manusia dan perkembangannya yang utuh” (Homili pada Hari Orang Muda Sedunia ke 15, Roma Agustus 2000).

Dialog antara Simon Petrus dengan Yesus Kristus yang bangkit dalam Injil Yohanes bab 19  ayat 15 hingga 19  harus menjadi dialog pula antara OMK dengan Kristus. Pertanyaan yang sama dari Yesus kepada Simon Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” terhadap OMK, bukanlah pertanyaan kateketik, melainkan pertanyaan yang memerlukan jawaban pribadi.  Hendaklah OMK dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka sendiri bisa mengalami Yesus Kristus yang mengasihi dan karenanya berani menjawab secara pribadi, seperti diajarkan Gereja, bahwa orang Katolik mengasihi Yesus Kristus lebih dari segalanya. Kepusatan pada Kristus bagi OMK mutlak harus selalu di dalam komunitas dan Gereja Katolik. Tanpa Gereja Kristus, kita tidak secara kuat mewartakan Injil. Kita membutuhkan paus, para uskup, para kudus. Kita pun berpusat dalam Salib Kristus dalam Gereja-Nya yang bersama-sama menanggung perutusan ini.

OMK Bangkit Melakukan Misi, Menjadi Misionaris

Ketika OMK mengalami “Kristus yang bangkit” atau misteri paskah dalam hidupnya, maka mau tidak mau mereka akan merasa diri menjadi utusan bagi Kristus. Tema World Youth Day 2013 di Rio de Janeiro sangat jelas: “Pergilah, jadilah semua bangsa murid-Ku” (Mat 28:19). Lagu tema menyatakan jelas pula: OMK, jadilah misionaris!” Misionaris bagi OMK ialah OMK.

OMK akrab dengan budaya masa kini: selvi (foto diri untuk diunggah dalam media sosial), berjejaring sosial dengan internet tanpa harus berjumpa, karena OMK sendiri merupakan bagian dari generasi yang oleh majalah TIME disebut “The Me Me Me Generations”, generasi yang suka mengunggah diri sendiri di media jejaring sosial. Orang Muda Katolik diutus ke tengah budaya di mana orang muda dengan mudah larut oleh gebyar daya tarik visual yang berpendar-pendar setiap saat di smartphone dan sabak elektronik mereka. Namun anehnya, dalam pendar-pendar cahaya layar gadget itu, makin sukar ditemui kebaikan dan kebenaran.

Paus Fransiskus mengingatkan dalam Ensiklik Lumen Fidei # 3: “Dalam ketiadaan cahaya, setiap hal menjadi membingungkan. Sukarlah melihat kebaikan dalam gelapnya kejahatan”. Ancaman ketagihan pornografi menjadi nyata, jauh melebihi ketagihan akan narkoba, dan keduanya tetap tidak bisa dipuaskan oleh pendar-pendar layar gadgetyang terus menawarkan produk-produk terbaru.  Dalam situasi demikian, OMK mesti dibawa kepada inti panggilannya: mewartakan Kristus, pertama-tama dalam doa.  “Kita harus pertama-tama bercakap-cakap dengan Tuhan agar bisa berbicara mengenai Tuhan” (Paus emeritus Benediktus XVI, pesan untuk WYD 2013 Rio). Pengalaman doa baik dalam perayaan-perayaan sakramen maupun devosi pribadi maupun bersama menjadi penting diadakan dalam pembinaan OMK.

Selanjutnya, kita mesti tabah dalam perjalanan yang panjang  di jalur pembinaan OMK, dengan memandang pengharapan Paskah. Memanggul salib pembinaan OMK tetaplah harus memandang Kebangkitan. “Misteri Paskah adalah degup jantung perutusan Gereja. Berlimpahnya buah pewartaan Injil diukur tidak pada kesuksesan maupun kegagalannya, melainkan pada peneguhan perutusan oleh logika salib Yesus. Inilah salib yang selalu menghadirkan Yesus Kristus yang menjamin berbuahnya perutusan kita” (Paus Fransiskus, 8 Juli 2013).

Akhirnya, hendaknya pembinaan OMK membuat mereka mampu menjawab panggilan pribadinya dalam Gereja dan masyarakat entah mau menjadi suami atau isteri atau menjadi imam, biarawan, biarawati atau rasul selibat awam. Namun semua bentuk panggilan itu harus karena mengalami kasih Kristus belaka, sehingga mereka akan bisa mengatakan “Saya menemukan panggilan saya dalam Gereja kita ini. Saya dikasihi dan dipanggil untuk mengasihi!”. Generasi OMK yang militan akan tampak dalam wujudnya: kemurahan hati, dedikasi dalam tiap pelayanan. “Kemurahan hati sejati tidak dimulai ketika Anda memiliki sesuatu yang mau diberikan, tetapi lebih-lebih ketika tak ada satu pun yang Anda ambil” (Nipun Metha – pemuda pendiri CharityFocus.org).

Jadi, pokok  perkara dalam pembinaan OMK, justru kita kembalikan ke khazanah Gereja yang didirikan Kristus yaitu Gereja Katolik dengan sejarahnya yang dua ribuan tahun ini, di mana isinya ialah Kristus sendiri. Hanya bersama Kristus dalam Gereja, OMK Indonesia akan menjadi militan seperti yang kita harapkan, menjadi bonus demografi, menjadi berkat bagi Indonesia.

Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr ialah imam Keuskupan Agung Semarang yang bertugas sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan pada kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KomKep KWI)  periode 2008-2011,  2011-2014 bertempat tinggal  di Jakarta. Tulisan ini sudah dimuat di majalah bulanan kristiani ”INSPIRASI – lentera yang membebaskan”, edisi no 110 tahun X Oktober 2013, halaman 17-19.

Sumber: orangmudakatolik.net

SUARA PEREMPUAN DAN RENCANA KESELAMATAN ALLAH

Salam Damai.

Seandainya Yesus membiarkan orang merajam perempuan itu, hidupnya akan berakhir sia-sia. Orang akan mengenang perempuan itu sebagai pezinah, yang mati karena dilempari batu. Akan tetapi, Yesus mengampuninya. Pengampunan itu membuahkan hidup yang baru. Orang pun mengingat perempuan itu sebagai sosok yang dikasihi, diselamatkan, dan hidupnya diperbarui (bdk. Yoh 8:1-11).

Jauh sebelum Yesus lahir, Kitab Kejadian menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan menurut rupa Allah (lih. ay. 27).  Manusia pun berjalan dalam pemahaman yang tak lengkap dan gambaran yang tak sempurna mengenai keadilan dan kebenaran Allah. Akibatnya, banyak terjadi ketidakadilan, bahkan juga kekerasan, terhadap perempuan. Perempuan tak lagi diperlakukan setara dengan laki-laki, terutama dalam budaya patriarki.

Satu korban ketaksetaraan itu adalah perempuan yang berzinah di awal tulisan ini. Yang dihukum rajam adalah si perempuan; bagaimana halnya dengan si laki-laki? Dalam situasi ketidakadilan itu, Yesus dengan berani menampakkan sikap-Nya. Selain mengampuni pezinah, ia juga bercakap-cakap dengan perempuan Samaria (lih. Yoh 4:1-42), bahkan membiarkan seorang perempuan pendosa melayani Dia (lih. Luk 7:36-50). Melalui tindakan Yesus itu, kita menyadari bahwa relasi-Nya dengan para perempuan pada akhirnya membuahkan keselamatan.

Hingga kini, tak hanya di ruang privat namun juga publik, masih banyak suara perempuan yang diabaikan. Suara perempuan absen dari keputusan keluarga hingga kebijakan pemerintah. Padahal, perempuan menyuarakan perhatian dan kebutuhan mereka yang khas, yang tak selalu dapat dipahami oleh laki-laki.

Suara itu malahan terus ditekan atau dibungkam. Pada 2012, Komnas Perempuan mencatat 4.336 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Kekerasan yang paling banyak ditangani adalah perkosaan, pelecehan seksual dan perdagangan perempuan untuk tujuan seksual. Kekerasan lainnya mencakup pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan perkawinan, pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama, penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual, praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan, serta kontrasepsi/sterilisasi paksa. Selain data itu, tercatat angka kematian ibu karena melahirkan sebanyak 359 kasus per 100 ribu kelahiran hidup.

Data itu mengungkap penderitaan perempuan Indonesia, kendati belum semua. Karena itulah, kita perlu memastikan agar suara mereka didengar, sebagaimana tema Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret 2014: Inspiring Change. Kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di bidang sosial, politik dan ekonomi perlu terus diperjuangkan. Lebih daripada itu, diharapkan agar kesetaraan ini membuahkan perubahan positif bagi kehidupan, atau dalam istilah iman: keselamatan.

Sumber: http://orangmudakatolik.net/2014/03/08/suara-perempuan-dan-rencana-keselamatan-allah/#more-131

Orang Muda Katolik: Tajam ke Dalam, Tumpul ke Luar?

Salam damai.

OMK: Apa dan Siapa Mereka?

Seperti apa potret Orang Muda Katolik Indonesia saat ini? Pertanyaan yang sedemikian kompleksnya, hingga kita pun sulit memberi jawab atasnya. Apa varian-varian yang bisa kita angkat menjawab ‘potret' darinya kita bisa mendapat gambaran tentang Orang Muda katolik? Kuantitasnya? Kualitasnya? Atau apa?

Adalah setiap orang muda yang sudah dibaptis dalam gereja katolik, dengan rentang usia 13-35 tahun, dan belum menikah menunjuk siapa yang disebut sebagai Orang Muda katolik. Demikian luas jangkauannya, menunjuk pula pada beraneka ragamnya wadah yang menaungi mereka. Tanpa pula lupa, mereka yang justru tidak berada dalam wadah apa pun yang menjadi komunitas berkumpulnya orang-orang muda katolik ini. Mereka justru berada dalam jumlah besar yang ‘menjadi pekerjaan rumah' tersendiri, bagaimana mereka bisa dirangkul.

Wadah OMK itu memang banyak. Mereka ada di tingkat teritorial paroki, yang sekarang biasa disebut OMK Paroki. Di paroki pun, mereka berkumpul pada komunitas OMK wilayah dan lingkungan. Selain lingkup teritorial, mereka berada di dalam wadah yang kita sebut lingkup kategorial, yang berkumpul berdasarkan kesamaan bakat, devosi dan minatnya. Kita mengenal kelompok seperti Choice, KKMK (Kelompok Karyawan Muda Katolik), Komunitas Lajang Katolik, New Heart Community (Komunitas Single Katolik Yang Mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus), Corpus Cordis, dan masih banyak lainnya. Namun ada juga kelompok orang muda katolik yang tidak berada di dua lingkup ini. Kita bisa menyebut kelompok seperti KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa katolik Republik Indonesia) dan Pemuda Katolik. Jika dibagi dalam dua kategori besar, maka komunitas Orang Muda Katolik bisa kita pilah jadi dua: yaitu yang parokial dan ekstra parokial. Yang parokial, mencakup teritorial dan kelompok kategorial, sementara yang ekstra parokial menunjuk pada PMKRI, Keluarga Mahasiswa katolik, dan Pemuda katolik.

Menyadari ini saja, kita sudah membayangkan betapa ‘modal' Orang Muda Katolik Indonesia sangat besar. Silahkan diartikan sendiri, jika modal yang besar ini sungguh-sungguh dikelola dengan baik, maka bukan tidak mungkin gaung dan gema mereka pun akan besar. Misi besar Gereja mewartakan Kerajaan Allah di dunia, bukan tidak mungkin menjadi kian terasa dengan gerak orang muda katolik seperti ini.

Namun kenyataanya, tidaklah sesederhana itu. Modal kita memang besar, tetapi apakah sudah benar-benar efektif? Apakah modal besar ini, juga didukung oleh kualitas yang mumpuni untuk gerak dan misi bersama mewartakan kabar gembira Kristus di tengah-tengah dunia? Ini pertanyaan yang semestinya kita jawab.

Ke dalam: Spiritualitas Orang Muda

Ada satu hal yang menjadi pengikat semua wadah OMK dalam bentuk apa pun itu, yaitu kesamaan iman mereka, karena sudah dibaptis dalam Gereja Katolik. Apa pun bentuknya, apa pun wadahnya, tapi semua dan serentak mengakar pada dasar yang sama yaitu iman pada Yesus Kristus. Apakah pengalaman berdinamika dalam komunitas-komunitas ini membawa orang muda pada pengalaman perjumpaan dengan Yesus? Apakah proses pada komunitas-komunitas ini mengantar orang muda pada jatidiri kristiani, yaitu jatidiri Yesus sendiri? Ini yang kita sebut sebagai gerak ke dalam, ketika kita berproses bersama orang muda, kapan dan di mana pun itu. Itulah spritualitas yang dimensinya tidak bisa dianggap remeh oleh orang muda zaman ini.

Paus Benediktus XVI, ketika menyapa orang muda pada Hari Kaum Muda Sedunia 2007 menekankan hal ini secara sangat kuat. "Kita masing-masing telah dikaruniai kemungkinan untuk mencapai tahap mencintai yang sama, tetapi hanya jika dengan memiliki sumber dari dukungan yang diperlukan bagi anugerah yang kudus. Hubungan dengan Tuhan dalam doa membawa kita pada kerendahan hati, dan mengingatkan kita bahwa kita adalah ‘hamba yang tidak berguna. Di atas segala-galanya, ekaristi adalah sekolah yang baik untuk cinta," ujar Paus dalam surat edarannya.

Hal yang sama ditekankan oleh Mgr. Ignatius Suharyo, ketika pertama kali menyapa pengurus Siekep se-KAJ di Gedung Karya Pastoral beberapa waktu yang lalu, agar orang muda katolik jangan sampai melupakan ekaristi di dalam hidupnya. Beliau juga menyentuh ini dalam bukunya The Catholic Way, agar orang muda katolik, pantas memberi tempat yang istimewa pada pengalaman akan Allah.

Demikian pula pada perayaan World Youth Day 2008 di Sydney, Paus menyerukan, bahwa masa kini, seiring dengan kemakmuran materi, telah terjadi kekeringan rohani: kekosongan jiwa, ketakutan yang tidak jelas penyebabnya dan keputusasaan. "Hidup yang sungguh berarti barulah ditemukan dalam mengasihi. Anugerah terbesar kabar sukacita yaitu panggilan untuk meemukan kepenuhan dalam cinta. "Dan Gereja membutuhkan iman, idealisme dan kemurahan hati kaum muda. Dengan demikian Gereja akan selalu muda dalam Roh. Gereja bertumbuh dengan kuas Roh Kudus yang memberikan kabar sukacita dan inpirasi untuk melayani dengan sukacita. Bukalah hati kalian bagi kuasa Roh Kudus," ujar Paus Benediktus XVI di hadapan ribuan orang muda yang datang dari 93 negara ketika itu.

Inilah gerak ke dalam yang dupayakan dalam pendampingan orang-orang muda. Mgr. Suharyo mengungkapkan sebuah pertanyaan ini: "Bagaimana orang-orang muda dapat didampingi agar sampai pada pengalaman akan Allah yang mengubah dan membarui kehidupan? Saya yakin, semakin pribadi dan mendalam pengalaman seseorang-terutama orang muda- akan Allah, semakin luas pula medan hidup yang akan ia masuki sebagai perwujudan imannya: kerasulan di bidang media, politik, budaya dan juga agama."

Keluar Sebagai Perwujudan Iman

Basis yang kuat pada spiritualitas, tentu tidak menjadikan segala-galanya selesai. Ia harus berbuah dalam kesaksian melalui tindak nyata di tengah-tengah masyarakat, dalam medan kehidupan yang kompleks. Di Indonesia khususnya, panggilan OMK itu kian terasa.

Orang Muda katolik hadir di tengah situasi sosial yang beranekaragam, baik suku, agama, bahasa maupun budaya. OMK tumbuh dan berkembang di tengah komunitas bangsa yang sedemikian pluralnya. Apalagi menyadari dirnya sebagai kelompok minoritas di tengah keberagaman yang ada. Apakah OMK adalah kelompok yang hanyut terlarut dalam dinamika kehidupan sosial yang demikian kompleks? Apakah OMK adalah kelompok yang merasa ‘minder' lantaran jumlahnya yang kecil itu? Apakah OMK adalah komunitas yang apatis dengan sitausi sosial disekitarnya? Apakah OMK adalah kelompok yang eksklusif di mana ia mengurung diri dan asyik dengan kelompoknya sendiri? Apakah OMK adalah kelompok yang merasa puas diri dengan segala dinamika religius dan spiritual yang dilakoninya setiap hari?

Berkali-kali, terdengar di telinga OMK, seruan Mgr. Soegijapranata puluhaln tahun silam yang termassyur itu, tentang menjadi Seratus Persen Indonesia, Seratus Presen katolik. Jargon yang keluar dari dari kader Pemuda Katolik, menyangkut Pro Ecclesia et Patria; Bagi Gereja dan Negara. Seratus persen menunjukkan totalitas; bukan setengah-setengah, suam-suam kuku, apalagi tidak ada sama sekali. Jika ke dalam, OMK membangun imannya penuh seratus persen, ke luar pun OMK membangun dirinya sebagai sungguh-sungguh warga negara Indonesia. OMK yang hidup, makan dan tumbuh dari rahim ibu bumi bernama Indonesia adalah OMK yang ikut bertanggungjawab terhadap derap langkah perjalanan bangsa ini. Demikian halnya kesadaran yang melakat pada diri OMK sebagai warga bangsa, tidak pernah terpisah dengan identitas kekatolikkan. Justru kekatolikkan, atau iman pada Yesus itu melakat dengan sendirinya pada tugas dan tanggungjawab sebagai warga negara, yang hidup bersaudara dengan kelompok agama lain, ikut membangun bangsa, membangun keadaban publik, demi kebaikan bersama. Tidak pernah menjadi Katolik, membuat kita terpisah dari kehidupan sosial kemasyarakatan. Justru tempat iman itu diwujunyatakan adalah tempat di mana kita berada, unutk kita saat ini adalah tanah air Indonesia. Gereja adalah komunitas umat beriman yang berada di tengah-tengah dunia, demikian juga OMK-nya, adalah komunitas yang ada dan hadir di dunia; tempat di mana OMK menghayati imannya secara penuh.

Sudah bukan saatnya lagi kita mengotak-otakkan komunitas Orang Muda pada peran yang juga terpisah-pisah. Cara tentu boleh berbeda, tetapi peran sosial kemasyarakatan bukan sebuah pilihan lagi, tetapi sesuatu panggilan yang melekat dengan sendirinya. Peran sosial kemasyarkatan, tidak bisa dibatasi lagi pada teman-teman muda PMKRI atau Pemuda katolik. Itu bisa dilakukan oleh OMK di paroki-paroki, kelompok kategorial apa pun itu. Demikian halnya PMRKI dan Pemuda Katolik, saking sibuknya dengan peran sosial politik kemasyarakatan, lalu lupa dimensi iman atau spiritualitas. Jika stereotip yang berkembang, kalau OMK di paroki-paroki itu adalah ‘para jago kandang' karena sibuk melayani Gereja yang ada di seputar altar itu, maka saatnya untuk bertobat dan membangun langkah yang real pada peran sosial kemasyarakatannya. OMK adalah juga orang muda yang dengan kapasaitas manusiawi dan spiritualnya adalah para jago tandang. Dialog antar agama hanya contoh saja dari sekian banyak peran yang bisa dimainkan. Bisa bidang budaya, politik praktis, atau apa pun itu.

Sebagaimana ditemukan oleh kader muda dari 25 Keuskupan yang ikut dalam pendidikan politik di Klender - Jakarta TImur dua tahun lalu bahwa OMK merupakan kekuatan amat penting dalam Gereja dan masyarakat. Dari hari ke hari peran OMK di bidang sosial kemasyarakatan makin tampak. Dasar dari seluruh peran itu adalah OMK merupakan bagian utuh dari kehidupan berbangsa dan bernegara, dan ia dipanggil untuk mewujudkan keselamatan melalui keterlibatan dakam setiap aspek kehidupan bangsa. Peran sosial kemasyarakatan adalah panggilan. Secara lebih real, OMK Indonesia saat ini, apa pun bentuknya, dipanggil dalam konteks Indonesia yang sedang bergerak maju dalam sistem demokrasinya.

Kemudian menjadi nyata seruan Gereja universal Konsili Vatikan II, bahwa "Kaum muda merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang. Situasi hidup, sikap-sikap batin serta hubungan-hubungan mereka dengan keluarga mereka sendiri telah amat banyak berubah. Seringkali mereka terlalu cepat beralih kepada kondisi sosial ekonomis yang baru. Dari hari ke hari peran mereka di bidang sosial dan juga politik semakin penting." (AA 12). "Hendaknya secara intensif diusahakan pembinaan kewarganegaraan dan politik, yang sekarang ini perlu sekali bagi masyarakat dan terutama bagi generasi muda, supaya semua warga negara mampu memainkan peranannya dalam hidup bernegara. Hendaknya mereka secara jujur dan wajar, malahan dengan cinta kasih dan ketegasan politik, membaktikan diri bagi kesejahteraan semua orang" (GS 75). Jika, OMK tajam ke dalam dengan segala laku spiritualnya, maka hendaknya ia pun tajam ke luar pada peran sosial kemasyarakatannya. OMK bukan lagi kelompok minoritas yang hanyut dan terlarut, tetapi mereka adalah kelompok minoritas, yang hanyut, tetapi tidak terlarut.

Sebab, hidup dengan panggilan itu spiritual, karena aku membuka diri bagi Bapa yang menyapa hatiku. Hidup dengan panggilan itu solider, karena aku membagi-bagi diriku bagi sesamaku. Hidup dengan panggilan itu transformatif bagi diriku sendiri, karena mengajak aku merubah sikap batin dan mengembangkan ketrampilan yang perlu untuk menjalani panggilan itu. Hidup dengan panggilan itu partisipatif, karena aku bergerak keluar, berjumpa, dan melakoni perbincangan kemanusiaan dengan dunia sekitarku. Hidup dengan panggilan itu visioner sekaligus misioner, karena aku menumpukan karya hidupku demi dunia yang lebih baik.

Salam OMK.

ZIARAH SEBAGAI SUATU BENTUK DEVOSIONAL


Salam damai.

Kali ini kami akan memberikan penjelasan tentang ziarah sebagai bentuk devosional yang kami ambil dari beberapa sumber.

ZIARAH SEBAGAI SUATU BENTUK DEVOSIONAL
Frans. Hermawan


Praktek devosi yang sering marak dilakukan umat katolik pada bulan Maria adalah berziarah ke gua Maria atau ke tempat ziarah yang lain, misalnya, Poh sarang, Sendangsono, sriningsih, gua kerep , Jatiningsih klepu, gua tritis gunung kidul, Grabag magelang , Lourdes dan sebagainya. Bahkan ada yang rutin melaksanakan ziarah pada hari hari tertentu misalnya setiap jum at kliwon , jum at legi ke pohsarang, grabag, tritis. Timbul pertanyaan dalam hati kita apa makna ziarah dan pentingnya dalam menunjang penghayatan hidup iman kita ? Banyak dan sering dalam praktek ziarah umat hanya terhenti pada devosi dan melupakan alamat yang sebenarnya yaitu Yesus yang merupakan tujuan akhir dari bentuk devosi dan perziarahan hidup manusia . Fenomena yang berkembang saat ini adalah ziarah menjadi suatu trend dan sekedar tour wisata. Dampaknya mendorong Gereja paroki untuk berlomba membuka tempat ziarah baru. Disisi lain mendorong biro perjalanan untuk menawarkan ziarah rohani ketempat suci, baik didalam maupun ke luar negeri.
Ada anggapan diantara umat bahwa kalau sudah ziarah ke pohsarang, palestina merasa lebih “ katolik “ ketimbang umat lain yang Cuma ke sriningsih atau sendang sono, atau umat yang lain yang tidak pernah ziarah. Apakah seperti ini pemahaman umat tentang makna ziarah katolik ?

SEJARAH ZIARAH
Praktek ziarah sudah ada dalam tradisi bangsa Yahudi yang dilaksanakan setiap tahun berziarah ke Bait suci Yerusalem . Yesus sendiri untuk pertama kalinya berziarah pada usia 12 tahun. Kebiasaan masyarakat Yahudi ketika berziarah mereka menyanyikan mazmur pujian (Mzm 120-134) khususnya mazmur 122 yang melukiskan sejak abad I, orang Kristen biasa berziarah ketanah suci (Palestina ) untuk napak tilas kehidupan Yesus, khususnya jalan salib-Nya. Kemudian tujuan ziarah dikembangkan, ke Roma, yakni di makam st Petrus dan st Paulus. Timbulnya perang salib pada abad XI – XII juga dipicu oleh gangguan tentara Turki terhadap para peziarah di Tanah suci.
Pada akhir abad pertengahn tempat-tempat ziarah mulai marak yang semuanya tertuju pada devosi kepada Bunda Maria, khususnya tempat penampakan Bunda Maria.

MAKNA ZIARAH BAGI UMAT KATOLIK

GEREJA DALAM PERZIARAHAN
Ketika berziarah kita meninggalkan kesibukan sehari hari dan menuju ke tempat ziarah. Perjalanan fisik ini mengingatkan kita bahwa manusia , kita semua (Gereja) sedang berziarah menuju tanah surgawi yang dijanjikan oleh Tuhan (lih. Ibr 11 : 16}. Gerak perjalanan kita adalah menuju kepenuhan kerajaan Allah pada akhir zaman. Dalam Alkitab dikatakan bahwa waktu dilihat sebagai garis lurus yang bergerak maju, sepertinya bangsa Israel yang keluar dari perbudakan Mesir di bawah bimbingan Musa

Waktu bukan dilihat seperti perputaran roda kehidupan atau peruntungan nasib. Umat israel percaya akan tuntunan dan bimbingan Tuhan meskipun tantangan dan hambatan selalu menjadi bagian dari kehidupan mereka. Demikian juga Gereja dalam perjalanan selalu mengalami persoalan dan kesulitan. Sebgai umat kita semua yakin akan bimbingan pertolongan Tuhan yang senantiasa akan menyertai sampai akhir zaman ( Mat 28 : 20 ).

ZIARAH SEBAGAI UNGKAPAN TOBAT
Pesiarahan menuntut adanya pengorbanan, baik fisik maupun beban psikologis, misalnya harus berjalan menuju ke tempat ziarah, naik ke perbukitan yang sepi. Pengorbanan, lelah fisik maupun psikis merupakan bentuk silih dan ungkapan tobat atas dosa-dosa dan kerapuhan hidup manusia. Ziarah juga mau menunjukan kepada manusia tentang pentingnya spiritualitas keinginan manusia mau meninggalkan jalan yang tidak benar dan mau menempuh jalan yang dituntun oleh Tuhan ( Metanoya ) . Maka seyogyanya pada saat kita melaksanakan ziarah dilengkapi dengan penerimaan sakramen tobat dan Sakramen Ekaristi.

ZIARAH SEBAGAI BENTUK DIMENSI KESATUAN
Gereja dalah persekutuan murid-murid Kristus yang dibaptis dengan Roh yang satu dan sama, dan membentuk suatu paguyuban serta mengambil bagian dalam wafat dan kebangkitan Kristus. Tempat ziarah merupakan sarana untuk berkumpul umat dari berbagai paroki , suku , komunitas , dan mempunyai ujub, gerak devosi yang sama. Maka disini nampak dari berbagai kemajemukan berhimpun menjadi satu dalam Gereja

MENGAPA UMAT PERLU BERZIARAH ?
Ziarah yang dilakukan merupakan bentuk ungkapan penghayatan iman bukan suatu kewajiban seperti umroh , naik haji dengan konsekuensi mendapat gelar setelah dilaksanakan. Ziarah tidak menunjukan apakah seseorang itu lebih katolik dari pada yang lain, sebab ukuran menjadi murid Kristus adalah mngamalkan ajaran cinta kasih. Dengan berziarah manusia bisa mengungkapkan iman melalui penghormatan dan pujian kepada Bunda Maria, meskipun ada beberapa bentuk devosi yang lain misalnya; Novena , Doa Rosario , Litani , dsb. Tidak dipungkiri umat bahwa tempat ziarah menjadi alternatif yang nges dan sreg dalam berkomunikasi melalaui doa. Semakin sering suatu tempat dijadikan tempat doa, semakin suasana nges dan sreg terasa.

BEBERAPA CATATAN KRITIS UNTUK PARA PEZIARAH

Agar kita dapat berziarah dengan iman yang benar dan tertuju pada alamat peziarahan serta tercipta suasana nges dan sreg dalam berdoa, ada beberapa catatan kritis sebagai bahan permenungan.

1. Waspadalah Bahaya Takhayul !

Ada anggapan yang keliru dalam praktek ziarah yaitu apabila 3 kali berturut turut ke tempat ziarah tertentu pasti intensiku terkabul , ataupun ada anggapan ziarah ketempat tertentu dan membawa air, bunga, ataupun benda benda dari tempat ziarah pasti topcer, manjur dan terkabul. Praktek pemikiran magis justru akan dapat menggerogoti iman kita. Lalu apa bedanya dengan ziarah ke gunung kawi, pulang membawa kembang wijaya kusuma? Manjur, tocer , terkabul adalah kehendak Tuhan, bukan manusia yang memaksakan, maka waspadalah.

2. Ziarah sekedar mencari hadiahnya ?

Sering terjadi orang berziarah hanya sekedar mencari hadiahnya. Mereka suka mengunjungi tempat tempat ziarah yang paling favorit , topcer . Misalnya : Pohsarang, Kerep Ambarawa, Candi Ganjuran. Ada yang yang berziarah setiap malam jum at legi pergi ke Gunung Kawi. Dengan adanya Pohsarang orang mulai beralih kesana. Tetapi, karena yang dicari Cuma hadiahnya,cuma pemberian-Nya, bukan Pemberi-Nya itu sendiri, dia kan tergoda untuk membanding- bandingkannya, mana yang lebih manjur, Gunung Kawi atau Pohsarang. Bila Pohsarang tidak lagi memberikan hasil, dia balik lagi ke Gunung Kawi. Itulah kalau motivasinya hanya sekedar mencari hadiah. Padahal, dalam Devosi Maria termasuk ziarah ini kita mau belajar dan meneladan iman Bunda Maria. Ziarah yang kita lakukan diharapkan mampu mendorong kita meneladan kesabaran, ketabahan, keibuan,kepasrahan, kesetiaan, dan ketaatan Bunda Maria.

3. Buah Ziarah harus berakar dalam Gereja setempat

Umat yang rajin berziarah, hendaknya jangan melupakan komunitas umat setempat ( wil / lingkungan ). Umat boleh rajin berziarah, tapi kegiatan paroki , lingkungan, tidak mau nongol, ada permasalahan sedikit ” mutung ” dengan paroki, lingkungan , komunitas basis. Padahal , justru melalui lingkungan, kelompok basis, kategorial, kita bisa saling berbagi, bersekutu, mewujudkan iman kita. Jangan sampai Praktek ziarah ini justru memperpersempit iman kita, yakni sekedar motivasi pribadi dan mencari keselamatan individual. Bersama umat yang lain, kita dipanggil mengembangkan dan mewujudnyatakan kerajaan Allah agar perziarahan iman kita sampat pada tujuan, yakni Tanah Air Surgawi.

Sumber: Disarikan dari buku ” Menghidupi tradisi katolik "
: http://stmikaelpa.blogspot.com/2010/06/ziarah-sebagai-suatu-bentuk-devosional.html?m=1

Minggu, 04 Mei 2014

Ayo ziarah bersama??!!!

Salam damai.

Selamat sore, siang, pagi dan malam buat rekan-rekan OMK semua khususnya disekitar paroki Santo Thomas Bandar Sribhawono, kali ini kami akan mengadakan ziarah bersama separoki.

Tujuan ziarah kali ini kita akan ke laverna, pringsewu. Karena kami mendengar telah direnovasi, kami berniat mengajak rekan-rekan OMK semuanya untuk berziarah kesana, selain itu banyak masukan dari rekan-rekan OMK kalau mereka sudah rindu untuk berkumpul bersama.

Dan sepertinya bulan ini bulan yang tepat untuk kembali berkumpul, sebelum merealisasikan rencana itu dibutuhkan kerjasama yang baik untuk rekan-rekan OMK sehingga nantinya acara tersebut dapat berjalan dengan baik.

Untuk itu kami mengajak untuk rekan-rekan OMK dapat menghadiri rapat yang akan dilaksanakn pada:

Hari/tanggal: minggu/11 mei 2014
Pukul : 10.00 WIB s/d selesai Tempat : Gedung pertemuan gereja srimenanti
Acara : membahas rencana ziarah ke pringsewu

Diharapkan semua OMK dapat berpartisipasi sehingga acara dapat berjalan dengan baik tanpa ada kendala berarti. Amin

Salam omk.