Senin, 14 Juli 2014

Penerimaan Sakramen Krisma



"Kita diumpamakan sebuah benih yang ditabur oleh penabur, dan benih itu jatuh di berbagai tempat ada yang di pinggir jalan, tanah yang berbatu, tengah semak berduri dan ada juga yang jatuh di tanah yang subur, keberadaan kita dalam sebuah perumpamaan itu hanya kita sendiri yang dapat menentukan atas dasar kedewasaan iman kita , sabagi umat kristiani kita di harap untuk dapat mengembangkan iman kita/berbuah seperti perumpamaan benih yang jatuh di tanah yang subur, ada yang berbuah seratus kali lipat ada yang enam puluh kali lipat ada juga yang tiga puluh kali lipat, dalam menghasilkan buah tentu ada prosesnya dan proses inilah yang paling penting."

Demikian kutipan khotbah yang disampaikan Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam Misa Penerimaan Sakramen Krisma Minggu 13 Juli 2014 yang dimulai pukul 09:00 WIB di Paroki Santo Thomas Bandar Sribawono.



Para calon krismawan dan krismawati secara teratur maju berlutut didepan Bapa Uskup untuk menerima tanda bahwa mereka telah dewasa dalam iman.



Sekitar 85 Calon Krisma telah menerima Sakramen Krisma yang terdiri dari berbagai Stasi di Paroki Santo Thomas Bandar Sribawono.



Perayaan Ekaristi juga berlangsung khidmat dan penuh pengharapan, semua larut dalam doa yang terucap dari Bapa Uskup.



Sekitar pukul 11:00 WIB Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma telah usai. Acara dilanjutkan dengan tegur sapa dengan Bapa Uskup. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama.

Semua yang hadir merasakan kebahagiaan atas terlahirnya para generasi penerus, harapan dan tanggung jawab kini berada di pundak mereka, semoga mereka mampu mengemban tugas itu. Amin.

Jumat, 11 Juli 2014

Semakin banyak orang Korea menemukan iman di tengah kesulitan



Iman Kristen bisa dipicu oleh banyak hal. Ini bisa terjadi akibat pengalaman traumatis atau yang mencerahkan, atau keinginan untuk mengatasi situasi sulit termasuk stres.

Jalan keluar dari kesulitan yang dilakukan warga Korea Selatan adalah pentingnya memiliki iman maka tidak heran pertumbuhan jumlah umat Kristiani di negara itu sangat signifikan – Protestan dan Katolik – sejak Perang Dunia II.

Pertumbuhan jumlah Kristen Protestan terbukti selama beberapa dekade dari tahun 1950.  Pada periode yang sama di Korea, jumlah umat Katolik bertumbuh secara perlahan dari 170.000  tahun 1961 menjadi 450.000 tahun  1968.  Tetapi dalam tiga dekade terakhir, jumlah umat Katolik telah berkembang pesat – dari 800.000 tahun 1980 menjadi lebih dari lima juta saat ini.

Beberapa ilmuwan sosial telah mengaitkan pertumbuhan tajam tersebut akibat konversi dari sejumlah besar  wanita paruh baya yang anak-anak mereka telah tumbuh dewasa dan harus mengejar karir. Mereka kemudian melakukan permenungan dan menemukan koneksi dengan komunitas Gereja dan memilihnya sebagai tujuan hidup  mereka.

Di kalangan orang muda Korea, kehidupan yang stres dalam sebuah masyarakat urban yang banyak persaingan, maju secara teknologi, iman tampaknya menjadi pendorong yang kuat.

Rena (nama asal  Korea-nya: You Jung-sing) berusia 22 tahun dan dibaptis empat tahun lalu setelah mengalami stres akut yang ia alami dalam mempersiapkan ujian di sekolah menengah.

Ujian di sekolah menengah adalah salah satu sumber utama stres bagi orang muda Korea. Mempersiapkan ujian mungkin adalah saat yang paling penting bagi remaja.

Hampir 75 persen siswa mengikuti les privat dalam persiapan untuk ujian. Tak seorang pun ingin tertinggal dan berlomba untuk mendapatkan nilai yang baik agar bisa masuk universitas.

“Saya dibaptis pada malam Paskah,” katanya. ”Saya dididikan di sebuah sekolah Katolik sebelum masuk Jesuit University of Sogang.”

“Saya dibaptis ketika saya mengalami stres berat akibat belajar KSAT (Korea Scholastic Aptitude Test). Aku sakit pada saat itu karena terlalu banyak waktu yang dihabiskan membaca buku-buku,” katanya.

Bagi Rena, masalah tersebut mulai ketika ibunya yang memberikan tekanan luar biasa saat ujian akhir,  yang menjadi sebuah fenomena di Korea.

Seorang guru bahasa Inggris di Seoul baru-baru ini menanyakan murid-muridnya, semua berusia 16 tahun, ‘siapa yang paling menakutkan mereka. Sejauh ini jawaban yang paling umum adalah, ‘ibuku! “Orangtua di Korea memiliki harapan tinggi prestasi akademis anak-anak mereka.

Hasil baik yang diharapkan bukan hanya memberikan kebanggaan keluarga, tapi juga gengsi dengan teman-teman dan tetangga. Ada juga harapan bahwa dengan mendapatkan nilai yang baik, anak-anak akan menemukan pekerjaan yang baik yang menyediakan dukungan keuangan bagi orangtua di usia tua mereka. Hingga hari ini, cara itu adalah lazim bahwa gaji pertama anak-anak akan diserahkan langsung kepada orangtua sebagai tanda terima kasih.

Di Korea, kata Rena, “jika Anda tidak melakukannya dengan baik saat tes, Anda tidak bisa masuk perguruan tinggi terkemuka, Anda tidak akan mendapatkan pekerjaan yang baik, dan mungkin tidak mau dinikahi karena status sosial Anda yang rendah”.

Rena mengatakan dia selalu memiliki opini yang baik tentang Katolik. “Ibuku sudah masuk Katolik, ia dibaptis lima tahun lalu. Tapi, ayahku adalah seorang ateis. Ia adalah seorang peneliti di universitas. Saya secara pribadi memiliki kesan yang baik tentang umat Katolik, terutama aku pernah mendengar cerita tentang Paus Yohanes Paulus II, yang datang ke Korea dua kali.”

Pertumbuhan jumlah umat Protestan di Korea terjadi setelah Perang Korea ketika Gereja terlibat dalam menangani masyarakat yang dilanda perang selama beberapa dekade. Kristen Protestan memulihkan trauma psikologis, spiritual dan material yang diderita selama puluhan tahun konflik dan penjajahan.

Sementara itu Gereja Katolik berperan kuat dalam menentang Jepang dan dua diktator Korea dari awal tahun 1960-an sampai akhir 1980-an, dan jumlah umat Katolik mengalami pertumbuhan tajam setelah dua kunjungan Paus Yohanes Paulus II tahun 1980.

“Saya belum lahir, tapi saya telah mendengar banyak cerita tentang Paus Yohanes Paulus II,” kata Rena.

“Saya melihat gambar di TV. Aku pernah membaca sebuah artikel dimana mereka berbicara tentang permintaan maaf resmi kepada setiap kelompok yang telah menderita atas kesalahan yang dilakukan oleh Gereja di masa lalu, seperti Yahudi, Muslim … ini yang membuat saya sangat terkesan. Saya berpikir bahwa ini benar-benar gerakan luar biasa untuk membangun rekonsiliasi agama.”

“Ada teman-teman saya yang beragama Katolik menghabiskan waktu mereka menjadi relawan, yang tidak lazim untuk anak laki-laki seusia saya. Bahkan aku mendapat inspirasi dari mereka untuk mengikuti jalan iman yang sama.”

“Sekarang seperti mereka, saya juga menjadi relawan mengajar anak-anak miskin,” tambah Rena.

Sumber: UCA News

Kamis, 10 Juli 2014

Yesus Tidak Pernah Meninggalkanku




Saat ini saya berusia 43 thn, saya dilahirkan dalam suatu keluarga katolik yang taat. Sejak bayi saya sudah dipermandikan, dididik secara katolik dan sangat aktif dengan kegiatan Gereja. Setamat SMP saya pindah ke kota Bandung untuk melanjutkan pendidikan dan mulailah saya hanya menjadi sekedar Katolik, tidak ada kegiatan Gereja apapun yang saya ikuti.

Pada tahun 1996 saya menikah secara Katolik dan pada tahun 1998 di karuniahi seorang putri. Kira-kira tahun 2000 mulailah saya sering mempertanyakan iman Katolik, kenapa harus berdoa kepada Maria dan orang kudus? sepengetahuan saya Yesus tidak pernah mengajarkan hal ini, kitab suci pun mulai saya pertanyakan keakuratannya, bahkan konsep Tritunggal adalah konsep yang sangat membingungkan, hal seperti ini menjadikan saya menjauh dari Gereja dan akhirnya hanya pada hari natal saja kita ke Gereja.

Sampai pada akhirnya awal tahun 2008 saya memutuskan untuk pindah agama, keluarga jadi kacau balau. Istri bukan orang yang taat tapi dia sangat menentang hal ini, karena peristiwa ini dia jadi rajin berdoa rosario dan rajin ke Gereja. Tiap minggu saya menjalankan kewajiban menggantar istri dan anak ke Gereja, tapi sering kali saya menunggu diluar.

Hal ini berubah secara drastis dimulai pada awal desember 2008, Allah memperbaharui iman katolik saya dalam tiga peristiwa yang berurutan, dan saya yakin ini terjadi berkat doa rosario istri yang di lakukan tiap malam:

1. Secara kebetulan pada hari Sabtu saya melihat video di youtube tentang adorasi, entah kenapa hati saya seperti yang tersentuh sekali, saya tiba-tiba sadar kalau hosti bukan hanya sekedar roti yang diberkati (yang selama ini saya pahami), tetapi tubuh Kristus sendiri.

2. Hari minggu seperti biasa saya antar istri dan anak ke Gereja, di Gereja ternyata ada pengumuman pada hari rabu akan diadakan misa penyembuhan dan adorasi oleh Bapa Uskup dan romo Yohanes, saya putuskan utk datang karena saya ingin tahu apa itu misa penyembuhan dan kebetulan punggung saya mengalami gangguan akibat jatuh dan menurut dokter ada syaraf yang terjepit, akan tetapi saya datang dengan rasa kemustahilan bahwa akan dapat sembuh dengan hanya doa.


Pada saat misa tidak ada yang istimewa, bahkan ketika Romo mengatakan ada beberapa orang yang mengalami gangguan punggung di harap berdiri, saya berdiri, dan duduk kembali tanpa ada rasa apa-apa. (kesembuhan baru saya sadari beberapa hari kemudian).
Sebelum komuni Romo Yohanes mengatakan "Coba katakan ini dengan sepenuh perasaan : Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya tapi tetapi bersabdalah saja maka saya
akan sembuh", tiba-tiba ada suatu perasaan yang tidak dapat dikatakan, saya menjadi sadar bahwa selama ini saya ke Gereja tidak menggunakan hati, hanya kalimat yang pendek akan tetapi sangat menyentuh dan dengan makna yang sangat dalam.
Terakhir pada perarakan monstran, semuanya menjadi nyata bagi saya kalau memang tubuh Kristus yang hadir. Apa yang dapat kita lakukan kalau kita betul-betul sadar kita berhadapan dengan Kristus? saya hanya bisa menangis dan bersyukur karena diberi berkat untuk merasakan ini.

3. Tidak lama kemudian kebetulan saya dan keluarga jalan-jalan ke Gramedia dan ternyata sedang ada disc 30% untuk semua buku, dan saya membeli buku dari scott Han tentang Catholic for Reason (3 buku). Melalui buku-buku ini saya mendapatkan penjelasan secara alkitab (yang dulu saya pertanyakan keakuratannya) tentang apa yang saya rasakan khususnya tentang ekaristi, Maria dan keluarga kudus.

Pada saat itu saya hanya percaya bahwa Allah telah menyentuh dan membukakan hati saya, dan menjadikan saya sadar, saya telah salah jalan. Saya hanya seketika menjadi mengerti dan sadar akan ajaran GK, terutama tentang Ekaristi, Tritunggal, Gereja, permandian dan menyusul tentang Maria (doa Rosario) dan lainnya dan juga pentingnya untuk membaca Injil. (saat ini saya sudah mengikuti pendalaman kitab suci).


Setelah melalui peristiwa ke-2 saya sudah mengakui kembali iman Katolik, tetapi Kristus memperkuat keyakinan saya dengan adanya peristiwa ke-3. Sebagai manusia saat ini saya hanya berpikir kenapa saya harus melalui ini, kenapa Tuhan tidak sentuh saya jauh-jauh hari yang lalu ? akan tetapi dengan adanya peristiwa ini saya juga bersyukur karena istri jadi sangat rajin berdoa dan ke Gereja hingga hari ini.

Allah telah memanggil saya kembali dengan cara yang luar biasa, dan Allah bukan hanya memanggil tetapi juga memberi pelajaran iman Katolik kepada saya dan akhirnya kepada keluarga.

Saat ini setiap misa menjadikan saat yang indah, saat kita berjumpa dengan Kristus dan bersuka cita pada saat kita bersantap bersama dalam setiap perayaan Ekaristi.

Saya harap kesaksian ini dapat membuka banyak hati yang masih tertutup akan keajaiban Ekaristi dan mengalami kehadiran Kristus pada setiap perjamuan Ekaristi.

Terima kasih Tuhan karena Engkau selalu mengasihi kami, dan biarlah semua terjadi menurut kehendakMu.
Doakanlah saya.

Rudolfus Adrianus A.K

Sakramen Krisma(Penguatan)

 

Salam sejahtera para pembaca terkasih dan rekan-rekan OMK, ma'af baru bisa posting artikel pada malam hari ini dikarenakan kegiatan yang menyita waktu dan tenaga. Oke kali ini kami akan memberikan wawasan tentang apa itu Sakramen Krisma atau Sakramen Penguatan. Dan selain itu, pada tanggal 13 Juli 2014 Paroki kami juga akan ada perayaan penerimaan Sakramen Krisma di Gereja Santo Thomas Bandar Sribhawono semoga acara nanti berjalan lancar dan aman. Amin.

Sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga sakramen inisiasi Kristen yaitu Baptis, Krisma dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kis 8:16-17 "Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus."  dan dari Kis 19:5-6 "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat". dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus.

    Didalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. bandingkan dengan para rasul yang menerima Roh Kudus saat Pantekosta, sebelum peristiwa Pantekosta mereka sudah menerima Roh Kudus (lihat Yoh 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pantekosta. Demikian juga  halnya dengan kita karena sebenarnya Roh Kuduspun sudah kita terima saat Permandian, yaitu Roh yang menjadikan kita Anak-Anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal (lebih Jelasnya lihat tentang Sakramen Babtis). Itulah disebutkan bahwa Sakramen Babtis adalah Sakramen Paskah dan Sakramen Krisma adalah Sakramen Pantekosta.

    Dalam Sakramen Krisma juga ada Pengurapan dengan minyak Krisma yang berarti kita yang sudah menerima Krisma Dikuduskan, Dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan tugas perutusan kita sebagai umat beriman (bdk 1 Samuel 10:1;1Samuel 16:13;  1 Raj 1:39). Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, Tanda bahwa kita ini milik Allah.


    Berikut ini Kesaksian Bapa Gereja dan Para Kudus tentang Sakramen Krisma:

"Melalui Krisma orang dikuatkan sebagai pejuang Kristus" (St. Bonaventura)
Theophilus of Antioch: "Are you unwilling to be anointed with the oil of God? It is on this account that we are called Christians: because we are anointed with the oil of God" (To Autolycus 1:12 [A.D. 181]).
Tertullian: "After coming from the place of washing we are thoroughly anointed with a blessed unction, from the ancient discipline by which [those] in the priesthood . . . were accustomed to be anointed with a horn of oil, ever since Aaron was anointed by Moses. . . . So also with us, the unction runs on the body and profits us spiritually, in the same way that baptism itself is a corporal act by which we are plunged in water, while its effect is spiritual, in that we are freed from sins. After this, the hand is imposed for a blessing, invoking and inviting the Holy Spirit" (Baptism 7:1)
Tertullian: "No soul whatever is able to obtain salvation unless it has believed while it was in the flesh. Indeed, the flesh is the hinge of salvation . . . The flesh, then, is washed [baptism] so that the soul may be made clean. The flesh is anointed so that the soul may be dedicated to holiness. The flesh is signed so that the soul may be fortified. The flesh is shaded by the imposition of hands [confirmation] so that the soul may be illuminated by the Spirit. The flesh feeds on the body and blood of Christ [the Eucharist] so that the soul too may feed on God. They cannot, then, be separated in their reward, when they are united in their works" (The Resurrection of the Dead 8:2)
Hippolytus: "The bishop, imposing his hand on them, shall make an invocation, saying, 'O Lord God, who made them worthy of the remission of sins through the Holy Spirit's washing unto rebirth, send into them your grace so that they may serve you according to your will, for there is glory to you, to the Father and the Son with the Holy Spirit, in the holy Church, both now and through the ages of ages. Amen.' Then, pouring the consecrated oil into his hand and imposing it on the head of the baptized, he shall say, 'I anoint you with holy oil in the Lord, the Father Almighty, and Christ Jesus and the Holy Spirit.' Signing them on the forehead, he shall kiss them and say, 'The Lord be with you.' He that has been signed shall say, 'And with your spirit.' Thus shall he do to each" (The Apostolic Tradition 21)
Cyprian of Carthage: "It is necessary for him that has been baptized also to be anointed, so that by his having received chrism, that is, the anointing, he can be the anointed of God and have in him the grace of Christ" (Letters 7:2 [A.D. 253]). ; "Some say in regard to those who were baptized in Samaria that when the apostles Peter and John came there only hands were imposed on them so that they might receive the Holy Spirit, and that they were not re-baptized. But we see, dearest brother, that this situation in no way pertains to the present case. Those in Samaria who had believed had believed in the true faith, and it was by the deacon Philip, whom those same apostles had sent there, that they had been baptized inside--in the Church. . . . Since, then, they had already received a legitimate and ecclesiastical baptism, it was not necessary to baptize them again. Rather, that only which was lacking was done by Peter and John. The prayer having been made over them and hands having been imposed upon them, the Holy Spirit was invoked and was poured out upon them. This is even now the practice among us, so that those who are baptized in the Church then are brought to the prelates of the Church; through our prayer and the imposition of hands, they receive the Holy Spirit and are perfected with the seal of the Lord" (ibid. 73[72]:9) ; "[A]re not hands, in the name of the same Christ, laid upon the baptized persons among them, for the reception of the Holy Spirit?" (ibid., 74[73]:5) ; "[O]ne is not born by the imposition of hands when he receives the Holy Ghost, but in baptism, that so, being already born, he may receive the Holy Spirit, even as it happened in the first man Adam. For first God formed him, and then breathed into his nostrils the breath of life. For the Spirit cannot be received, unless he who receives first have an existence. But . . . the birth of Christians is in baptism" (ibid., 74[73]:7)
Council of Carthage VII: "[I]n the Gospel our Lord Jesus Christ spoke with His divine voice, saying, 'Except a man be born again of water and the Spirit, he cannot enter the kingdom of God' [John 3:5]. This is the Spirit which from the beginning was borne over the waters; for neither can the Spirit operate without the water, nor the water without the Spirit. Certain people therefore interpret [this passage] for themselves wrongly, when they say that by imposition of the hand they receive the Holy Ghost, and are thus received, when it is manifest that they ought to be born again [initiated] in the Catholic Church by both sacraments" (VII Carthage [A.D. 256])
Treatise on Re-Baptism: "[I]t has been asked among the brethren what course ought specially to be adopted towards the persons of those who . . . baptized in heresy . . . and subsequently departing from their heresy, and fleeing as supplicants to the Church of God, should repent with their whole hearts, and only now perceiving the condemnation of their error, implore from the Church the help of salvation. . . . [A]ccording to the most ancient custom and ecclesiastical tradition, it would suffice, after that baptism which they have received outside the Church . . . that only hands should be laid upon them by the bishop for their reception of the Holy Spirit, and this imposition of hands would afford them the renewed and perfected seal of faith" (Treatise on Re-Baptism 1 [A.D. 256])
Pacian of Barcelona: "If, then, the power of both baptism and confirmation, greater by far than charisms, is passed on to the bishops, so too is the right of binding and loosing" (Three Letters to the Novatianist Sympronian 1:6 [A.D. 383])
dll

    Dengan menerima Krisma berarti berarti kita dinilai sudah dewasa dalam Iman, dilantik menjadi saksi Iman dan terlibat penuh dalam Gereja.

Thomas Rudy

Sumber: http://www.imankatolik.or.id/sakramenkrisma.html