Minggu, 30 November 2014

Masa Adven



Salam sejahtera untuk  kita semua. Adven dalam Gereja Kristen adalah nama periode sebelum Natal. Nama Adven diambil dari kata Latin Adventus yang artinya adalah Kedatangan. Dalam masa Adven umat Kristen Katolik Roma maupun Protestan menyiapkan diri untuk menyambut pesta Natal dan memperingati kelahiran dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya pada akhir zaman. Adven diduga mulai dirayakan di kalangan umat Kristen sejak abad keempat.
Adven selalu mulai pada hari Minggu yang terdekat dengan tanggal 30 November (hari St. Andreas) (antara tanggal 27 November dan 3 Desember) dan berlangsung sampai Malam Natal 24 Desember. Dengan ini panjangya masa adven per tahun berbeda-beda, tetapi sebuah masa adven selalu terdiri dari 4 hari Minggu.
Pastor (imam) biasanya mengenakan toga (kasula) yang berwarna ungu kerajaan pada masa-masa ini. Banyak Gereja Katolik juga menempatkan sebuah rangkaian daun cemara adven pada misa adven. Karangan daun cemara itu terdiri atas empat batang lilin (tiga ungu dan satu berwarna merah jambu) yang ditata di sebuah lingkaran yang berwarna hijau yang melambangkan kehidupan yang kekal.
Lilin-lilin itu dinyalakan sebagai berikut:
  • Minggu Pertama: sebatang lilin ungu
  • Minggu Kedua: dua batang lilin ungu
  • Minggu Ketiga (Gaudete): dua batang lilin ungu dan satu lilin merah jambu
  • Minggu Keempat: tiga batang lilin ungu dan satu lilin merah jambu
  • Malam Natal: keempat liin dan satu lilin natal berwarna putih di tengah rangkaian lilin adven.
  • Hari Raya Natal: semua lilin dinyalakan.
Lilin dan warna liturgi ungu melambangkan warna pertobatan dan penyesalan yang ditandai oleh masa puasa. Lilin merah jambu dinamai juga lilin "Sukacita" (Gaudete) dan lilin ini berasal dari sejarah Adven. Puasa pada masa Adven dibuka pada hari Minggu yang ketiga sebagai penantian akan peristiwa besar yang akan datang. Seringkali sebatang lilin putih dinyalakan di tengah lingkaran. Ini adalah Lilin Kristus (lilin natal), yang melambangkan kelahiran Kristus. Lilin ini dinyalakan pada Malam Natal atau pada hari Natal itu sendiri.
Demikian sedikit ulasan tentang Masa Adven. Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Adven

Minggu, 23 November 2014

Temu Kangen OMK

Salam sejahtera untuk rekan-rekan OMK semuanya. "Kerinduan akan kebersamaan" itulah yang menjadi motivasi bagi kami,sehingga pada tanggal 26 Oktober 2014 kami OMK Paroki Santo Thomas Bandar Sribhawono mengadakan kegiatan OMK yang bertemakan "Temu Kangen OMK" acara tersebut bertempat di Kring Pulosari Stasi Pakuan Aji. Acara di isi dengan penyampaian beberapa materi, game dan di tutup dengan Misa Kudus.

Acara tersebut dihadiri oleh kira-kira 100 OMK. Bagi kami dengan jumlah tersebut sudah melebihi target kami. Melihat letak geografis dan rawannya tindak kejahatan di Lampung Timur. Terimakasih kepada rekan-rekan OMK yang telah merelakan waktunya untuk menghadiri acara tersebut. Kami juga akan mengadakan kegiatan pada tahun baru nanti,semoga peserta yang hadir jauh lebih banyak lagi, sehingga rekan-rekan OMK dapat saling mengenal satu sama lain.

Sekian dan terimakasih atas kerjasamanya, untuk semua pihak yang terlibat. Tetap semangat untuk OMK dan jangan pernah lelah untuk menjadi garam dan terang dunia. Semoga Tuhan memberkati kita semua.


Senin, 17 November 2014

SAKRAMEN IMAMAT

SUKSESI APOSTOLIK DAN SAKRAMEN IMAMAT
Salah satu sifat gereja adalah apostolik dimana gereja itu harus menunjukkan (menampakkan) ciri-ciri rasuli (lih Ef 2:20) karena dibangun diatas para Rasul dengan Kristus sebagai batu Penjurunya, tentu pula dengan Petrus sebagai kepada dewan para rasul seperti yang Yesus sendiri kehendaki (bdk Mat 16:18-22;Yoh 21:15; Kis 2:14; dll). Konsekuensi dari gereja yang mempertahankan sifat gereja yang Apostolik adalah mempunyai suksesi apostolik, dengan adanya suksesi Apostolik maka kedudukan para rasul dan Petrus sebagai kepala dewan para rasul dapat tergantikan, dengan demikian kelangsungan Gereja dapat terjamin sesuai kehendak Yesus sendiri kepada Gerejanya (bdk Mat 28:20). Suksesi apostolik dalam Gereja perdana bisa kita lihat pada misalnya penggantian Yudas Iskariot oleh Matias (Kis 1), Pengangkatan beberapa Pelayan dalam jemaat, dll. caranya itu dilakukan dengan penumpangan tangan (bdk Kis 6:6;Itim 5:22, dll) dan fungsinya adalah menggantikan kedudukan para rasul (bdk Kis 14:23). Suksesi Apostolik dipertahankan oleh Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks, kita percaya bahwa meskipun alkitab tidak secara tegas menyatakan tentang suksesi Apostolik, tetapi alkitab memberikan gambaran tentang hal itu dan juga Tradisi Suci juga menegaskan hal yang sama [penjelasan tentang Tradisi suci lihat artikel Apakah hanya Alkitab dasar iman Kita?]. Gereja yang mempertahankan suksesi Apostolik, memiliki ciri-ciri antara lain memiliki kesatuan dalam hal iman, ajaran, tata ibadat, hirarki, dll dimanapun komunitas itu berada, dimana Gereja sekarang sama seperti Gereja para rasul, dimana para jemaat bertekun dalam pengajaran para rasul (lih Kis 2:42). Dimana Gereja yang sekarang sama seperti Gereja pada masa Bapa-Bapa Gereja dan akan tetap sama sampai kepada akhir jaman. Pembahasan mengenai suksesi Apostolik berkaitan erat dengan sakramen Imamat, karena dengan adanya Sakramen ini maka dimungkinkan adanya Suksesi Apostolik dan dengan menerima sakramen Imamat dari mereka yang memiliki Suksesi apostolik yang sah maka penerima akan turut ambil bagian dalam Imamat Kristus (secara khusus) sebagai Imam, karena hal inilah Gereja percaya bahwa Tahbisan Suci itu benar-benar merupakan suatu Sakramen.


Sakramen Tahbisan diberikan oleh Uskup kepada mereka yang telah mendapat tahbisan diakon. Sakramen ini mendapat tempat dalam kitab suci sebagai contoh kita dapat lihat di Kis 14:23 "Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka" juga pada Kis 20:17,28. kemudian bila kita perhatikan dalam 1Kor 12:28 "Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar." Jadi disini jelas bahwa dalam Gereja ada pembedaan fungsi dan peran yang masing-masing memiliki jenjang tersendiri. Pentahbisan para pelayan gereja ini juga ditunjukkan dengan penumpangan tangan untuk jelasnya lihat Kis 6:6, Kis 13:3. disini jelaslah bahwa sakramen imamat memiliki dasar kitab suci dan sakramen imamat akan lebih jelas lagi bila Tradisi Suci yang menjelaskannya. berikut komentar Teolog Besar Gereja Katolik "Kristus adalah sumber setiap imamat; karena imam hukum [lama] citranya. Tetapi imam Perjanjian Baru bertindak atas nama Kristus" (Thomas Aquino, s.th 3,22,4) dan Berikut pula beberapa kesaksian Bapa-Bapa Gereja tentang Sakramen Imamat dan Suksesi Apostolik:
  1. "Bapa, Engkau yang mengenal hati, berilah kepada para pelayan-Mu, yang telah Engkau panggil untuk martabat Uskup, supaya ia menggembalakan kawanan-Mu yang kudus dan melaksanakan di hadirat-Mu imamat yang agung ini tanpa cacat, dengan melayani Engkau siang dan malam. Semoga ia tanpa henti-hentinya membuat wajah-Mu menyinarkan belas kasihan dan semoga ia membawakan persembahan Gereja-Mu yang Kudus. Semoga ia berkat roh imamat yang agung ini mempunyai kekuasaan untuk mengampuni dosa sesuai perintah-Mu. Semoga ia membagi-bagikan tugas sesuai dengan aturan-Mu dan membuka ikatan berkat kekuasaan yang telah Engkau berikan kepada para rasul-Mu. Semoga ia berkenan kepada-Mu oleh kelemahlembutan dan oleh hatinya yang murni, waktu ia mempersembahkan kepada-Mu keharuman yang menyegarkan dengan perantaraan Yesus Kristus anak-Mu...." (Hipolitus, trad. ap. 3)
  2. "When I had come to Rome, I [visited] Anicetus, whose deacon was Eleutherus. And after Anicetus [died], Soter succeeded, and after him Eleutherus. In each succession and in each city there is a continuance of that which is proclaimed by the Law, the Prophets, and the Lord" (Hegesippus, Memoirs 4:22:1 [ A.D. 180]).
  3. "It is possible, then, for everyone in every church, who may wish to know the truth, to contemplate the Tradition of the Apostles which has been made known to us throughout the whole world. And we are in a position to enumerate those who were instituted bishops by the apostles and their successors down to our own times, men who neither knew nor taught anything like what these heretics rave about" (Irenaeus dan Lyons, Against Heresies 3:3:1 [A.D. 189]); "But since it would be too long to enumerate in such as volume as this the successions of all the churches, we shall confound all those who, in whatever manner, whether through self-satisfaction or vainglory, or through blindness and wicked opinion, assemble other than where it is proper, by pointing out here the successions of the bishops of the greatest and most ancient church known to all, founded and organized at Rome by the two most glorious Apostles, Peter and Paul--that church which has the Tradition and the with which comes down to us after having been announced to men by the apostles. For with this Church, because if its superior origin, all churches must agree, that is, all the faithful in the whole world. And it is in her that the faithful everywhere have maintained the Apostolic Tradition" (ibid., 3:3:2).
  4. "[The Apostles] founded churches in every city, from which all the other churches, one after another, derived the tradition of the faith, and the seeds of doctrine, and are every day deriving them, that they may become churches. Indeed, it is on this account only that they will be able to deem themselves apostolic, as being the offspring of apostolic churches. Every sort of thing must necessarily revert to its original for its classification. Therefore the churches, although they are so many and so great, comprise but the one primitive church, [founded] by the apostles, from which they all [spring]. In this way all are primitive, and all are apostolic, while they are all proved to be one in unity by their " (Tertulianus, Demurrer Against the Heretics 20 [A.D. 200]).;"[W]hat it was which Christ revealed to them [the apostles] can, as I must here likewise prescribe, properly be proved in no other way than by those very churches which the apostles founded in person, by declaring the gospel to them directly themselves . . . If then these things are so, it is in the same degree manifest that all doctrine which agrees with the apostolic churches--those molds and original sources of the faith must be reckoned for truth, as undoubtedly containing that which the churches received from the apostles, the apostles from Christ, [and] Christ from God. Whereas all doctrine must be prejudged as false which savors of contrariety to the truth of the churches and apostles of Christ and God. It remains, then, that we demonstrate whether this doctrine of ours, of which we have now given the rule, has its origin in the Tradition of the Apostles, and whether all other doctrines do not ipso facto proceed from falsehood" (ibid., 21).;"But if there be any [heresies] which are bold enough to plant [their origin] in the midst of the apostolic age, that they may thereby seem to have been handed down by the apostles, because they existed in the time of the apostles, we can say: Let them produce the original records of their churches; let them unfold the roll of their bishops, running down in due succession from the beginning in such a manner that [their first] bishop shall be able to show for his ordainer and predecessor some one of the apostles or of apostolic men--a man, moreover, who continued steadfast with the apostles. For this is the manner in which the apostolic churches transmit their registers: as the church of Smyrna, which records that Polycarp was placed therein by John; as also the church of Rome, which makes Clement to have been ordained in like manner by Peter" (ibid., 32).  
  5. " I must not omit an account of the conduct also of the heretics--how frivolous it is, how worldly, how merely human, without seriousness, without authority, without discipline, as suits their creed. To begin with, it is doubtful who is a catechumen, and who a believer; they have all access alike, they hear alike, they pray alike--even heathens, if any such happen to come among them. 'That which is holy they will cast to the dogs, and their pearls,' although (to be sure) they are not real ones, 'they will fling to the swine.' Simplicity they will have to consist in the overthrow of discipline, attention to which on our part they call brothelry. Peace also they huddle up anyhow with all comers; for it matters not to them, however different be their treatment of subjects, provided only they can conspire together to storm the citadel of the one only Truth. All are puffed up, all offer you knowledge. Their catechumens are perfect before they are full-taught. The very women of these heretics, how wanton they are! For they are bold enough to teach, to dispute, to enact exorcisms, to undertake cures--it may be even to baptize. Their ordinations, are carelessly. administered, capricious, changeable. At one time they put novices in office; at another time, men who are bound to some secular employment; at another, persons who have apostatized from us, to bind them by vainglory, since they cannot by the truth. Nowhere is promotion easier than in the camp of rebels, where the mere fact of being there is a foremost service. And so it comes to pass that to-day one man is their bishop, to-morrow another; to-day he is a deacon who to-morrow is a reader; to-day he is a presbyter who tomorrow is a layman. For even on laymen do they impose the functions of priesthood."
    Tertullian,On Prescription Against Heretics,41(c.A.D. 200),in ANF,III:263
  6. "Pejabat yang angkuh harus digolongkan dengan setan. Anugerah Kristus tidak dinodai karena itu;yang mengalir melalui dia, pertahankan kemurniannya;yang disalurkan melalui dia, tinggal bersih dan sampai ke tanah yang subur. ... kekuatan rohani Sakramen adalah serupa dengan terang; siapa yang harus disinari, menerimanya dengan kejernihannya, dan apabila ia harus melewati yang kotor, ia sendiri tidak menjadi kotor" (Agustinus ev. jo 5,15)
  7. "Since therefore I have, in the persons before mentioned, beheld the whole multitude of you in faith and love, I exhort you to study to do all things with a divine harmony, while your bishop presides in the place of God, and your presbyters in the place of the assembly of the apostles, along with your deacons, who are most dear to me, and are entrusted with the ministry of Jesus Christ, who was with the Father before the beginning of time, and in the end was revealed. Do ye all then, imitating the same divine conduct, pay respect to one another, and let no one look upon his neighbour after the flesh, but do ye continually love each other in Jesus Christ. Let nothing exist among you that may divide you ; but be ye united with your bishop, and those that preside over you, as a type and evidence of your immortality."
    Ignatius of Antioch,Epistle to the Magnesians,6(A.D. 110),in ANF,I:61
  8. Since, according to my opinion, the grades here in the Church, of bishops, presbyters, deacons, are imitations of the angelic glory, and of that economy which, the Scriptures say, awaits those who, following the footsteps of the apostles, have lived in perfection of righteousness according to the Gospel. For these taken up in the clouds, the apostle writes, will first minister [as deacons], then be classed in the presbyterate, by promotion in glory (for glory differs from glory) till they grow into 'a perfect man.' " Clement of Alexandria,Stromata,13(A.D. 202),in ANF,II:505
  9. "Semua orang harus menghormati diaken seperti Yesus Kristus, demikian pula Uskup sebagai citra Bapa, tetapi Presbiter sebagai dewan Allah dan sebagai persekutuan para rasul. Tanpa mereka tidak ada Gereja" (Ignasius dari Antiokia, Trall. 3,1)
  10. "Tuhan telah mengatakan dengan jelas bahwa usaha untuk kawanan-Nya adalah suatu bukti cinta terhadap-Nya" (Yohanes Krisostomos, sac 2,2)
  11. "Through countryside and city [the apostles] preached, and they appointed their earliest converts, testing them by the Spirit, to be the bishops and deacons of future believers. Nor was this a novelty, for bishops and deacons had been written about a long time earlier. . . . Our apostles knew through our Lord Jesus Christ that there would be strife for the office of bishop. For this reason, therefore, having received perfect foreknowledge, they appointed those who have already been mentioned and afterwards added the further provision that, if they should die, other approved men should succeed to their ministry." (Paus Klemens I, Letter to the Corinthians 42:4-5, 44:1-3 [A.D. 80]).
  12. "Beware lest ever like Simon thou come to the dispensers of Baptism in hypocrisy, thy heart the while not seeking the truth. It is ours to protest, but it is thine to secure thyself. If thou standest in faith, blessed art thou; if thou hast fallen in unbelief, from this day forward cast away thine unbelief, and receive full assurance. For, at the season of baptism, when thou art come before the Bishops, or Presbyters, or Deacons,--(forits grace is everywhere, in villages and in cities, on them of low as on them of high degree, on bondsmen and on freemen, for this grace is not of men, but the gift is from God through men,)--approach the Minister of Baptism, but approaching, think not of the face of him thou seest, but remember this Holy Ghost of whom we are now speaking. For He is present in readiness to seal thy soul, and He shall give thee that Seal at which evil spirits tremble, a heavenly and sacred seal, as also it is written, In whom also ye believed, and were sealed with the Holy Spirit of promise." Cyril of Jerusalem,Catechetical Lectures,XVII:35(A.D. 350),in NPNF2,VII:132
  13. "Despise not, therefore, the Divine laver, nor think lightly of it, as a common thing, on account of the use of water. For the power that operates is mighty, and wonderful are the things that are wrought thereby. For this holy altar, too, by which I stand, is stone, ordinary in its nature, nowise different from the other slabs of stone that build our houses and adorn our pavements; but seeing that it was consecrated to the service of God, and received the benediction, it is a holy table, an altar undefiled, no longer touched by the hands of all, but of the priests alone, and that with reverence. The bread again is at first common bread, but when the sacramental action consecrates it, it is called, and becomes, the Body of Christ. So with the sacramental oil; so with the wine: though before the benediction they are of little value, each of them, after the sanctification bestowed by the Spirit, has its several operation. The same power of the word, again, also makes the priest venerable and honourable, separated, by the new blessing bestowed upon him, from his community with the mass of men. While but yesterday he was one of the mass, one of the people, he is suddenly rendered a guide, a president, a teacher of righteousness, an instructor in hidden mysteries; and this he does without being at all changed in body or in form; but, while continuing to be in all appearance the man he was before, being, by some unseen power and grace, transformed in respect of his unseen soul to the higher condition. And so there are many things, which if you consider you will see that their appearance is contemptible, but the things they accomplish are mighty: and this is especially the case when you collect from the ancient history instances cognate and similar to the subject of our inquiry." Gregory of Nyssa,On the Baptism of Christ(ante A.D. 394),in NPNF2,V:519
  14. "As often as GOD's mercy deigns to bring round the day of His gifts to us, there is, dearly-beloved, just and reasonable cause for rejoicing, if only our appointment to the office be referred to the praise of Him who gave it. For though this recognition of GOD may well be found in all His priests, yet I take it to be peculiarly binding on me, who, regarding my own utter insignificance and the greatness of the office undertaken, ought myself also to utter that exclamation of the Prophet,'LORD, I heard Thy speech and was afraid: I considered Thy works and was dismayed.' For what is so unwonted and so dismaying as labour to the frail, exaltation to the humble, dignity to the undeserving? And yet we do not despair nor lose heart, because we put our trust not in ourselves but in Him who works in us. And hence also we have sung with harmonious voice the psalm of David, dearly beloved, not in our own praise, but to the glory of Christ the LORD. For it is He of whom it is prophetically written, 'Thou art a priest for ever after the order of Melchizedeck,' that is, not after the order of Aaron, whose priesthood descending along his own line of offspring was a temporal ministry, and ceased with the law of the Old Testament, but after the order of Melchizedeck, in whom was prefigured the eternal High Priest. And no reference is made to his parentage because in him it is understood that He was portrayed, whose generation cannot be declared. And finally, now that the mystery of this Divine priesthood has descended to human agency, it runs not by the line of birth, nor is that which flesh and blood created, chosen, but without regard to the privilege of paternity and succession by inheritance, those men are received by the Church as its rulers whom the Holy Ghost prepares: so that in the people of GOD's adoption, the whole body of which is priestly and royal, it is not the prerogative of earthly origin which obtains the unction, but the condescension of Divine grace which creates the bishop." Pope Leo the Great[regn. A.D. 440-461],Sermons,3:1(ante A.D. 461),in NPNF2,XII:116
  15. "When a priest is ordained, while the bishop is blesing [him] and holding his hands over his head, let all the priests also, who are present, hold their hands close to the hands of the bishop above his head." Council of Chalcedon,Canon 3(A.D. 451),in DEN,62-63
Sakramen Imamat dipertahankan oleh Gereja yang benar-benar memiliki sifat apostolik dan dengan demikian benar-benar memiliki Suksesi Apostolik yang sah. Sakramen Imamat juga menimbulkan 'cap' yang tidak dapat dihapuskan sama seperti Yesus yang adalah imam untuk selamanya, demikian pula mereka yang ambil bagian dalam imamat khusus Yesus (dengan ditahbiskan) juga memiliki karunia Imamat itu selamanya (lih KGK 1581 & 1582)
SELIBATSelibat merupakan suatu aturan tersendiri dalam Ritus Latin. sedangkan dalam Ritus Timur para Imamnya diperbolehkan untuk menikah (sebelum ditahbiskan) tetapi sesudah ditahbiskan mereka tidak boleh menikah, sedangkan para Uskup dipilih dari mereka yang selibat (lihat KGK 1580).

Selibat dalam Ritus Latin sebenarnya memiliki landasan Kitab Suci yang kuat antara lain Matius 19:21 dimana disana jelas dinyatakan bahwa ada orang yang memang selibat karena kerajaan Allah. dan dalam 1 Kor 7:7-38 Paulus membicarakan masalah selibat meskipun ia berbicara pula masalah perkawinan, Paulus menganjurkan agar orang selibat jika memang itu karunianya. dan dalam ayat 32-33 dan 35 Paulus mengatakan bahwa dengan selibat maka orang dapat melayani Tuhan tanpa gangguan. Pada 1 Kor 7:20 dikatakan "baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.", kita tahu bahwa menjadi Imam adalah panggilan Allah sendiri dari sejak awal mula hidup kita didunia ini (lih Yer 1:5)  meskipun kita sendiri dikarunai kehendak bebas. Nah  St. Paulus mengatakan bahwa "baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah." nah berarti seseorang terpanggil mejadi Imam lebih baik selibat karena menuruti ajuran Paulus ini dan mengingat beberapa hal yang diatas tersebut.
Thomas Rudy
Terima Kasih untuk Romo Pidyarto, O.Carm yang membantu mengkoreksi artikel ini

sakramen Pengurapan orang sakit

Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua setelah sakramen Tobat. Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. “Pengurapan orang sakit dapat diberikan bagi setiap umat beriman yang berada dalam bahaya maut yang disebabkan sakit atau usia lanjut” (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit atau pun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Dengan pengurapan orang sakit, Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada kemurahan Tuhan, agar Ia menguatkan dan meluputkannya. Jika si sakit telah melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni. “Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni”(bdk Yak 5:15).
Dalam bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang melalui kematian telah masuk ke dalam kehidupan.
Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai “Pengurapan Terakhir”, yang diberikan sebagai salah satu dari “Ritus-Ritus Terakhir”. “Ritus-Ritus Terakhir” yang lain adalah pengakuan dosa (jika orang yang sekarat tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk mengakui dosanya, maka minimal diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si sakit atas dosa-dosanya). Sekaligus juga diberikan Ekaristi.  Bila diberikan  kepada orang yang sekarat dikenal dengan sebutanViaticum“, sebuah kata yang arti aslinya dalam bahasa Latin adalah “bekal perjalanan”.

Buah-buah rahmat Sakramen Pengurapan Orang Sakit
 persatuan orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan Gereja; penghiburan, perdamaian dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara yang ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut; pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan; penyembuhan, kalau ini berguna bagi keselamatan jiwa; persiapan untuk peralihan ke hidup abadi

Perayaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Perayaan terdiri atas dua bagian, yaitu: (1) Liturgi Sabda dan (2) perayaan Sakramen Pengurapan yang sebenarnya. Pada puncak perayaan, imam mengurapi si sakit dengan minyak suci pada dahi dan tangan sambil mengucapkan rumusan-rumusan tertentu. Dengan demikian jelas nampak karya Tuhan dalam sakramen ini, kurnia Roh Kudus dimohonkan bagi si sakit dan janji keselamatan diucapkan baginya, agar dalam ketakberdayaan jiwa-raganya, si sakit diluputkan serta dikuatkan, dan bila perlu, juga diampuni dosa-dosanya.
Untuk pengurapan sakramental digunakan minyak zaitun atau minyak lain dari tumbuh-tumbuhan yang telah diberkati oleh uskup dalam Misa Krisma pada hari Kamis Putih. Dalam keadaan darurat, setiap imam dapat memberkati minyak untuk pengurapan ini.
Jika dianggap perlu adanya pengakuan dosa, imam dapat melayani Sakramen Pengakuan Dosa kepada si sakit sebelum melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Tata Cara Pengurapan Orang sakit
Tanda salib
I: Semoga damai sejahtera dari Allah meliputi tempat ini dan semua yang tinggal di dalamnya.
U: Sekarang dan selama-lamanya

Percikan Air Suci:
I:  Semoga air suci ini mengingatkan saudara akan Sakramen Babtis yang telah saudara terima dan mengingatkan pula akan Yesus Kristus yang telah menebus kita melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Amin
Tobat (kalau perlu dan bisa si sakit dapat mengaku dosa)
Doa Pembukaan: Ya Bapa yang maha pengasih, kami berkumpul di sini ikut merasakan penderitaan Saudara…….kami berharap Engkau berkenan melepaskan kami dari beban hati ini dan memberikan ketenangan, ketabahan, serta keselamatan kepada saudara kami. Kami mohon dengan sangat, sudilah Engkau mendengarkan keluh kesah dan kerinduan hati kami semua. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin

Bacaan (Mat 8: 5-8. 10.13; Yak 5: 14-16, atau yang sesuai) dilanjutkan Homili singkat

Pengurapan:
I: Semoga dengan pengurapan suci ini, Allah yang maha rahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus. U: Amin
I: Semoga Ia membebaskan Saudara dari dosa, menganugerahkan keselamatan dan berkenan menabahkan hati Saudara. U: Amin

I: Marilah berdoa: Ya Allah, hambaMu yang sedang terbaring sakit ini telah menerima Skramen Pengurapan. Ia sangat mendambakan rahmatMu untuk keselamatan jiwa dan raganya. Tunjukkanlah kasih sayangMu dan tabahkanlah hatinya dengan RohMu. Semoga ia menjadi teladan kesabaran dan kebahagiaan oleh karena imannya yang teguh dan pengharapannya yang tak tergoncangkan. Semua ini kami mohonkan demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin
Bapa Kami
Komuni Bekal Suci (Viaticum) fakultatif

Sakramen Pernikahan



Sakramen Pernikahan  adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi penerimanya (pasangan pria dan wanita) untuk suatu misi khusus dalam pembangunan Gereja dan menganugerahkan rahmat demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda cinta-kasih yang menyatukan Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan suatu ikatan yang bersifat permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah.
Pernikahan sah sakramental  antara seorang pria yang sudah dibaptis dan seorang wanita yang sudah dibaptis dan telah disempurnakan dengan persetubuhan, tidak dapat diceraikan dan bersifat monogam. Karena  mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Sakramen ini menganugerahkan kepada pasangan yang bersangkutan rahmat yang mereka perlukan untuk mencapai kekudusan dalam kehidupan perkawinan mereka serta untuk menghasilkan dan mengasuh anak-anak mereka dengan penuh tanggung jawab. Sakramen ini dirayakan secara terbuka di hadapan imam (atau saksi lain yang ditunjuk oleh Gereja) serta saksi-saksi lainnya
Demi kesahan suatu pernikahan, seorang pria dan seorang wanita harus (1) terbebas dari halangan nikah, (2)  ada konsensus atau kesepakatan kedua belah pihak. Masing-masing calon  mengutarakan niat dan persetujuan-bebas (persetujuan tanpa paksaan) untuk saling memberi diri seutuhnya, tanpa memperkecualikan apapun dari hak-milik esensial dan maksud-maksud perkawinan.  (3) Dirayakan dalam “forma canonika” (Kan. 1108-1123)  atau tata peneguhan.  Suatu perkawinan harus dirayakan dihadapan tiga orang, yakni petugas resmi Gereja sebagai peneguh, dan dua orang saksi.
Jika salah satu dari keduanya adalah seorang Kristen non-Katolik, maka pernikahan mereka hanya dinyatakan sah jika telah memperoleh izin dari pihak berwenang terkait dalam Gereja Katolik. Jika salah satu dari keduanya adalah seorang non-Kristen (dalam arti belum dibaptis), maka diperlukan izin dari pihak berwenang terkait demi sahnya pernikahan.

Sakramen Pengakuan Dosa



Sakramen pengampunan dosa atau rekonsiliasi adalah salah satu dari dua sakramen penyembuhan (KGK 1423–1424). Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa.
Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Setiap dosa berarti manusia menjauhkan diri dari Tuhan. Dosa dilakukan secara sadar, dengan sengaja (diinginkan), dan dalam keadaan bebas, akan berakibat merugikan orang lain dan drinya sendiri serta merusak hubungan dengan Tuhan. Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis.  Dosa ikut mengotori kesucian Gereja Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak. Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama.
Gereja melalui mereka yang memiliki kuasa para rasul, menjadi saluran rahmat pengampunan dan pendamaian Allah dalam sakramen pengakuan dosa atau sakramen tobat. Yang dituntut dalam sakramen tobat bukan sekedar rasa sesal dan air mata, melainkan “metanoia” atau perubahan hati dan seluruh sikap hidup. Yang diminta Allah dari manusia adalah niat baik dan usaha pertobatan yang dilakukan manusia. Allah selalu siap menerima orang yang bertobat.
Langkah-langkah pertobatan seseorang:

1) Menyadari dan mengakui dosa
2) Menyesali dosa
3) Berniat untuk tidak berbuat dosa lagi
4) Mohon ampun
5) Mau menghidupi cara hidup yang baru



Tata Cara Sakramen Tobat Secara Pribadi
(Pada saat kita memasuki kamar yang telah dipersiapkan, kita berlutut dan menerima berkat  pengantar dari Imam, kemudian membuat tanda salib sebagai pembukaan pertobatan kita).

Kemudian katakanlah:
U : Bapa, Sakramen Tobat yang terakhir saya terima adalah …..(sebutkan kapan terakhir kali menerima Sakramen Tobat, misal pada masa adven tahun lalu, dll)
Catatan: jika ini pertama kalinya menerima Sakramen Tobat, katakanlah:
U : Bapa, ini penerimaan Sakramen Tobat saya untuk pertama kalinya…
Kemudian ucapkanlah:
U : Bapa, dari saat terakhir saya menerima Sakramen Tobat sampai saat ini, saya sadari telah melakukan dosa-dosa dan oleh karena itu pada saat ini dihadapan Bapa saya mau mengaku kepada Allah Bapa Yang Mahakuasa dan kepada seluruh umat Allah yang kudus, bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian, khususnya bahwa saya telah berdosa :…..(sebutkan dosa anda dengan jujur)
Saya sungguh menyesal atas semua dosa saya itu, dan dengan hormat saya meminta pengampunan serta penitensi yang berguna bagi saya.
(Setelah itu, dengarlah nasihat dari Romo dan apa yang harus anda lakukan sebagai penintensi atas dosa anda dengan seksama Jika sudah mendapatkan nasihat, Romo akan meminta anda untuk mengucapkan doa tobat sebagai berikut:)
Doa Tobat: (PS No.25)
Allah Yang Maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau Yang Mahapengasih dan Mahabaik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah Yang Mahamurah, ampunilah aku orang berdosa ini. Amin
(Pada waktu Imam memberikan absolusi, Anda harus membuat tanda salib, mengucapkan kata terima kasih, lalu keluar dari kamar pengakuan. Saat Anda berdoa sesudah pengakuan pribadi, selain mendoakan doa-doa penitensi, berdoa jugalah doa “Syukur Atas Pengampunan” PS 27 )

TATA CARA IBADAT (SAKRAMEN) TOBAT
(Sebaiknya dilakukan sebagai persiapan untuk penerimaan Sakramen Tobat Pribadi)

1. PEMBUKA (lagu pembukaan misal PS 596: Kami hendak Menghadap)
2. TANDA SALIB DAN SALAM
F : Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin
F : Semoga Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya.
3. KATA PENGANTAR
Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Tuhan, Kita berkumpul di sini untuk bersama-sama melaksanakan Ibadat Tobat dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen Tobat secara pribadi menjelang………..
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus Yesus, sampai sekarang ini sering menjadi persoalan dikalangan umat adalahmengapa harus ada penerimaan Sakramen Tobat secara pribadi (kita kenal dengan istilah pengakuan dosa) dihadapan Imam. Banyak umat yang merasa tidak sreg atau tidak cocok dengan penerimaan Sakramen Tobat pribadi dihadapan Imam.
Sebagai seorang Katolik, haruslah kita hayati sungguh-sungguh bahwa inti hidup Kristen adalah bertobat; meninggalkan dosa dan kegelapan, lalu hidup sebagai anak-anak terang (bdk Ef 5:8). Orang yang bertobat adalah orang yang dengan tulus menyadari kelemahan dan kedosaanya, dan dengan rindu mendambakan perdamaian kembali dangan Allah dan dengan sesama manusia, seperti anak hilang yang kembali kepada bapanya yang penuh kasih (Luk 15:11-32). Yesus sendiri bersabda, “Akan ada sukacita besar di Surga karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Luk 15:7).
Tobat berpuncak pada pengakuan dan pengampunan. Inilah yang disebut rekonsiliasi atau perdamaian kembali. Perdamaian ini merupakan peristiwa suka-cita yang membawa penyegaran dan hidup baru, karena itu Allah sendiri mendamaikan orang berdosa dengan diri-Nya (2 Kor 5:18). Karena itu ibadat tobat yang kita lakukan ini disebut Perayaan Tobat. Peristiwa tobat merupakan peristiwa sukacita yang harus dirayakan. (bdk Luk 15:7).
Penerimaan Sakramen Tobat secara pribadi dihadapan Imam merupakan perwujudan dari tobat. Dengan menerima Sakramen Tobat, orang berdosa kembali menjalin ikatan yang baik dengan Allah dan sesama warga Gereja.
Selain itu, menerima Sakramen Tobat dihadapan Imam adalah merupakan salah satu kebiasaan atau tradisi kita orang Katolik. Penerimaaan Sakramen Tobat pribadi menjadi suatu kebiasaan atau tradisi karena dalam perjalanan sejarahnya, tradisi Sakramen Tobat ini telah mampu melestarikan, menopang, meneguhkan, membentuk dan membangun kehidupan dan kesatuan umat. Sekarang, banyak orang mulai meragukan pengakuan dihadapan Imam, justru kita ditantang untuk mengamalkan, menyegarkan, dan kemudian mewariskan tradisi penerimaan Sakramen Tobat pribadi ini kepada generasi yang akan datang.
Saudara-saudari terkasih, agar Sakramen Tobat yang akan kita terima ini sungguh merupakan peristiwa pertobatan yang sejati sehingga layak kita rayakan, marilah kita mengawali pertobatan kita ini dengan mohon terang dan bimbingan Roh Kudus.
4. Doa Mohon Terang Dan Bimbingan Roh Kudus
F : Marilah kita berdoa bersama-sama…–hening sejenak
Ya Allah Bapa Yang Mahakuasa, kami bersyukur kepada-Mu karena Roh Kudus yang telah Kau curahkan kedalam hati kami.
Kehadiran-Nya dalam hati kami telah membuat kami menjadi Bait kehadiran-Mu sendiri, dan bersama Dia pula kami telah Kau lahirkan kembali menjadi anak-anak-Mu.
Ya Allah Bapa Yang Mahakasih, Roh Kudus itulah yang menjadi penghibur dan penolong yang Kau utus dalam nama Kristus. Dialah Roh Kebenaran yang memimpin kami kepada seluruh kebenaran. Roh Kudus itu pula yang telah mengajarkan segala sesuatu kepada kami dan mengingatkan kami akan Firman yang telah dikatakan oleh Yesus agar kami selalu dituntun oleh Firman-Nya.
Melalui Roh Kudus-Mu ini kami mohon ya Allah Bapa Yang Mahamurah, sudilah Engkau membimbing kami yang saat ini berkumpul bersama untuk merayakan tobat kami. Melalui bimbingan Roh Kudus-Mu, sudilah Engkau membimbing kami untuk peka akan dosa-dosa yang telah kami lakukan dan kembali setia pada kehendak-Mu dan dengan demikian kami Kau beranikan untuk menjadi saksi Putera-Mu dan menjadi pelayan sesama serta menjadi garam dan terang dunia.
Semoga Roh Kudus-Mu selalu memimpin kami dengan lembut dan ramah, menuntun kami dengan cermat dan teguh. Semoga Roh Kudus-Mu menjadi daya Ilahi didalam diri kami pribadi, didalam kehidupan beriman dan dalam bermasyarakat, dan menghantar kami masuk kedalam kemuliaan surgawi untuk berbahagia abadi bersama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Amin.
5. BACAAN INJIL (misalnya Lukas 15:11-32 )
Renungan Singkat atau Hening sejenak untuk mengendapkan Sabda Tuhan
6. PEMERIKSAAN BATIN
F: Saudara-saudari terkasih, marilah kita mengadakan pemeriksaan batin secara pribadi dalam kebersamaan dan secara terpimpin.
Pemeriksaan batin adalah langkah awal untuk menuju ke pertobatan karena lewat pemeriksaan batin ini kita dibantu untuk jujur dihadapan Allah, menyadari dan mengakui kekurangan yang tidak dapat kita tutupi. Sebab kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri, dan kebenaran tidak ada dalan kita. (1 Yoh 1:8). Pemeriksaan batin dapat membantu kita semakin sadar akan kebaikan Allah dan membangkitkan penyesalan yang tulus atas dosa.
Mari kita masuk dalam keheningan didalam diri kita masing-masing dan bertanya secara jujur:
A. Menurut impian Allah: manusia di hadapan-Nya sebagai ciptaan-Nya. Bagaimana tanggungjawab atas imanku itu dan atas perintah Yesus untuk mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu dengan segenap akal, budi, jiwa dan raga?
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Karena iman kita mengerti bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah (Ibr 11:1-3)
Karena iman semua orang dibenarkan (Gal 2:16b, Rom 3:28; 5:1)
Karena iman, kita diselamatkan (2 Tim 3:15)
Oleh iman akan Kristus, kita memperoleh pengampunan dosa, dan mendapat bagian dalam kebahagiaan yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (Kis 26:18b)
Setiap minggu, bahkan mungkin dalam setiap doa bersama, atau pribadi, dalam doa rosario, kita selalu mengucapkan syahadat iman kita. Yang perlu ditanyakan dalam diri kita:
Apakah iman itu hanya sekedar kita ucapkan atau sungguh kita amalkan?—-hening sejenak
Iman harus diamalkan secara nyata dalam perbuatan, karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong, iman yang mati (Yak 2:17)
Sudahkah semua tindakan hidup kita, sikap hidup kita, pikiran hidup kita dan perkataan kita didasarkan pada iman?—-hening sejenak
Sungguhkah kita sudah mengasihi Allah dengan segenap hatiku, dengan segenap jiwaku, dengan segenap akal budiku dan dengan segenap kekuatanku? Atau justru kita mengasihi Allah dengan setengah-setengah?—-hening sejenak
Sungguhkah kita sudah menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa hidup kita atau kita justru menduakan Allah bahkan menomorsekiankan Allah dan lebih menomorsatukan kehendakku, kebutuhanku, pekerjaanku?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan sungguh menghormati dan merayakan Hari Tuhan, Hari Minggu dan Hari Raya?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan sungguh terlibat dalam kehidupan jemaat dikomunitasku dan di Paroki ku?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan sungguh terlibat dalam masyarakat untuk menjadi garam dan terang dunia?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan turut berpuasa dan berpantang khususnya pada masa prapaskah dan masa adven?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan selalu meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci dan mendengarkan Sabda-Nya baik secara pribadi, dalam keluarga dan dalam komunitas?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan sungguh menjaga dan memelihara hidup doa harianku baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan didalam keluarga?—-hening sejenak
B. Menurut impian Allah: manusia di hadapan manusia lainnya sebagai saudara. Bagaimana dengan tanggung jawabku atas perintah utama Yesus yakni kasih terhadap sesama?
Yesus mengajarkan bahwa kelak Ia akan kembali sebagai Raja dan Hakim untuk semua insan. Pada waktu itu yang menjadi syarat kita dapat diterima oleh Yesus dalam hidup abadi adalah karya amal kasih. Karya amal kasih itu antara lain : memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, memberi perlindungan kepada orang-orang asing atau terasing, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjarakan, menguburkan orang mati, dan lain-lain.
Bagaimana dengan kita?
Sungguhkah aku mengasihi sesamaku khususnya mereka yang miskin, hina, kecil, lapar, terkucilkan, yang membenci aku, yang selalu menjengkelkan aku, yang memusuhi aku, yang memfitnah aku, seperti diriku sendiri?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mengasihi sesamaku manusia dengan menghormati sesamaku (atasanku, temanku, musuhku, orang lain) ?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mengasihi sesamaku manusia dengan tidak membunuh atau menyakiti baik dengan perkataan, perbuatan, dan sikapku, dengan tidak berpikiran kotor tehadap orang lain, tidak mencuri hak orang lain, tidak bersaksi dusta, tidak menginginkan milik sesamaku ?—-hening sejenak
C. Menurut impian Allah : laki-laki dan perempuan sepadan dan sederajat dihadapan-Nya. Bagaimana dengan perintah utama Yesus yakni kasih terhadap pasangan hidup kita?
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambaran-Nya. Allah menyatukan ikatan cinta mereka dalam sakramen perkawinan yang Kudus. Allah menghendaki suami mengasihi istrinya dan istri menghormati suaminya. Sehingga dalam satu keluarga tercipta hubungan kasih yang harmonis dan saling menghormati.
Sungguhkah aku mengasihi suami atau istriku dengan segenap cinta dan pergorbanan yang tulus?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menjadi suami yang baik dan menjadi ayah yang bertanggung jawab kepada anak-anakku?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menjadi istri yang baik dan menjadi ibu yang menyayangi dan menjaga anak-anakku?—-hening sejenak
Sungguhkah aku tetap menjaga ikatan cinta yang terjalin dalam kehidupan berumahtangga selama ini?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mengasihi dan menyayangi suami atau istriku dengan tidak menyakiti perasaannya, tidak mengeluarkan kata-kata makian, dan menyelesaikan masalah rumah tangga dengan kepala dingin atau malah lari meninggalkan rumah untuk duduk di warung atau ngobrol di rumah tetangga,?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menjaga keterbukaan dan kejujuran didalam rumah tanggaku?—-hening sejenak
Sungguhkah aku menjadikan keluargaku menjadi keluarga yang kudus dengan menyediakan waktu untuk bersama membaca Kitab Suci, berdoa bersama dengan rutin, doa rosario secara berkala, berkumpul dalam doa komunitas, dan menghadiri misa disetiap minggunya?—-hening sejenak
D. Menurut Impian Allah : anak-anak adalah gambaran empunya Kerajaan Allah. Bagaimana tanggung-jawab ku dengan perintah utama Yesus untuk tidak menghalangi mereka mendatangi-Nya?
Allah mengaruniakan anak sebagai buah hati dan tanda cinta dari ikatan suami dan istri dalam membentuk keluarga yang sejati. Pertumbuhan karakter anak-anak adalah gambaran dari kehidupan yang mereka terima dari kedua orangtuanya. Anak-anak belajar dan meniru segala perkataan dan perbuatan yang mereka lihat dari kehidupan kedua orangtuanya.
Sungguhkah aku tetap mengasihi dan menyayangi anak-anakku dengan segala tindakan dan akibat yang mereka ciptakan yang kerap menimbulkan amarah dalam hatiku?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mengajarkan kepada anak-anakku tentang Allah pencipta alam semesta dan segala kebaikan yang ada pada-Nya?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mengajarkan iman yang benar kepada anak-anakku atau hanya menyerahkan perkembangan iman mereka kepada guru agama atau guru sekolah minggu?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mengajarkan perbuatan-perbuatan baik kepada anak-anakku agar mereka tumbuh menjadi manusia yang bertanggungjawab dalam kehidupan masa depan mereka kelak?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mendampingi dan membantu anak-anakku dalam pelajaran-pelajaran disekolahnya atau malah memaki dan memarahinya karena tidak serius mengikuti pelajaran disekolahnya?—-hening sejenak
Sungguhkah aku diam dirumah dan berinteraksi dengan anak-anakku setelah seharian bekerja atau hanya meninggalkan mereka untuk duduk santai diwarung bersama teman atau tetanggaku ?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mendoakan anak-anakku disetiap hari agar mereka senantiasa dilindungi dalam masa pertumbuhannya, dalam perjalanannya, dalam pergaulan dengan teman-temannya, dalam pelajaran disekolahnya serta memberkati mereka dengan tanda salib dikeningnya ketika aku hendak pergi bekerja?—-hening sejenak
(bagian dibawah ini dibacakan oleh anak-anak bila ada anak-anak yang datang mengikuti pengakuan dosa)
E. Menurut impian Allah : anak-anak patuh dan taat kepada perintah dan petunjuk dari Allah dan dari orangtua yang telah membesarkannya.
Sungguhkah aku mau menjadi anak yang mengikuti dan menjalankan apa yang dilarang oleh Allah supaya aku tidak terjerumus dalam dosa?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mau menjadi anak yang berbakti dengan menaati perintah orangtuaku?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mau jadi anak yang pintar dengan menyelesaikan tugas-tugasku disekolah?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mau jadi teman yang baik bagi teman-temanku dengan tidak menyakiti, tidak mengejek, dan mau berbagi dengan mereka?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mau menjadi anak yang baik dengan membantu pekerjaan orangtuaku dirumah seperti menyapu lantai, membersihkan tempat tidurku, dan menyimpan barang-barangku dengan rapi?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mau menjadi anak yang kudus dengan rajin berdoa, menolong teman yang kesusahan, bicara dengan jujur dan tidak menjelek-jelekan teman yang lain?—-hening sejenak
Sungguhkah aku mau menjadi anak yang dikasihi Allah dengan selalu mengingatkan orangtuaku untuk mengajakku ke Gereja setiap hari minggu, mengajak mereka untuk mengantar aku pergi sekolah minggu dikomunitas, dan mengajak mereka untuk ikut serta dalam doa komunitas ?—-hening sejenak
7. PENERIMAAN SAKRAMEN TOBAT SECARA PRIBADI
F : Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, saat ini Allah Yang Mahakasih dengan tangan terbuka menunggu pertobatan kita. Seperti anak yang hilang, setelah sadar akan kesalahannya mau kembali dan berkata jujur dihadapan Allah, marilah kita sekarang secara jujur juga mengakukan dosa kita dihadapan Allah melalui Imam-Nya dan menyatakan penyesalan kita serta mohon rahmat pengampunan-Nya.
Mari kita menerima Sakramen Tobat kita secara pribadi.
8. DOA SYUKUR ATAS PENGAMPUNAN (PS No. 27)
F : Marilah kita berdoa bersama —hening sejenak
Allah Bapa Yang Maharahim, Engkau tidak menghendaki kematian orang berdosa. Sebaliknya, Engkau menghendaki supaya kami bertobat dan hidup. Maka Engkau mengundang orang berdosa untuk bertobat, dan kepada kami yang bertobat Engkau melimpahkan pengampunan. Kesalahan kami Engkau hapuskan, dan dosa kami tidak Kau ingat lagi.
Terimakasih ya Allah, atas pengampunan yang Kau berikan kepada kami. Semoga sukacita di Surga karena satu orang berdosa bertobat juga menjadi sukacita kami. Semoga sukacita pengampunan ini mendorong kami selalu hidup rukun dan damai dengan seluruh umat-Mu.
Ya Allah, perkenankanlah kini kami pergi dalam damai dan selalu ingat akan Sabda Putra-Mu yang menghendaki kami tidak berbuat dosa lagi. Amin.
F : Marilah kita satukan seluruh doa dan tobat kita, dan menutup seluruh Ibadat Sakramen Tobat kita malam hari ini dengan mendaraskan Doa Bapa Kami. (umat dipersilakan untuk berdiri)
Bapa kami yang di Surga,……
9. BERKAT DAN PENGUTUSAN
Imam : Tuhan sertamu
Umat : Dan bersama rohmu
Imam : Semoga seluruh tobat kita, perjalanan hidup kita senantiasa dilindungi dan diberkati oleh Allah Bapa Yang Mahakuasa. Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
Umat : Amin
Imam : Ibadat Tobat kita telah selesai.
Umat : Syukur kepada Allah
Imam : Marilah kita pergi untuk tidak berbuat dosa lagi dan menghasilkan buah sesuai dengan pertobatan kita.
Umat : Amin
10. PENUTUP (lagu penutup misal:PS 600 Oh Rahmat yang Mengagumkan )